Sekolah Kita
29 November, 2021 13:49 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Bunga NurSY
Eduwara.com, BEKASI – Masa pandemi Covid-19 membuat banyak hal berubah, tak terkecuali untuk dunia pendidikan. Pelarangan sekolah tatap muka di masa awal pandemi membuat para guru dan juga siswa mempelajari banyak hal baru dalam dunia pengajaran jarak jauh.
Meski dirasakan awalnya tak mudah dan menemukan banyak tantangan, namun bukan berarti menjadi halangan untuk terus belajar dan mencoba hal baru di dunia pendidikan. Hal ini terpatri dengan baik dalam jiwa para pendidik di SMA Negeri 1 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
Mempelajari teknologi baru dalam pengajaran jarak jauh tak membuat semangat para guru kendur.
“Usia tak menghalangi para guru kami untuk mempelajari teknologi baru. Padahal mayoritas guru kami usianya berkisar 50 tahun. Awalnya di awal pandemi memang kami kewalahan tapi kami terus berlatih dan berusaha,” ujar Kepala SMA Negeri 1 Tambun Selatan Rahmat Kusnadi kepada Eduwara.com, Senin (29/11/2021).
Saat ini, ketika aturan Pertemuan Tatap Muka Terbatas (PTMT) perlahan dikendurkan sejalan dengan turunnya angka kasus Covid-19 di Indonesia, karena telah berbekal pengetahuan mengajar dengan memanfaatkan teknologi yang dikombinasikan dengan PTMT, SMA Negeri 1 Tambun Selatan kini telah terbiasa menerapkan hybrid learning.
“Ketika PTMT diberlakukan sejalan dengan izin dari Pemerintah Kabupaten Bekasi, guru sudah kami persiapkan perangkat IT nya. Mereka juga mendapatkan pelatihan IT. Jadi saat PTMT di sekolah yang hanya diikuti oleh setengah jumlah siswa dalam satu kelas, maka siswa lainnya yang belajar di rumah bisa mengikuti pembelajaran yang dilakukan di sekolah dari rumah,” papar Rahmat.
Dikatakan Rahmat, dalam satu kelas jumlah siswa sebanyak 36 orang. Semasa PTMT mereka masuk bergiliran dengan kapasitas 18 orang . “Dibatasi 50 persen saja dari total jumlah siswa,” kata Rahmat.
SMAN 1 Tambun Selatan sudah satu tahun terakhir menggunakan Quipper yang dapat mendukung implementasi hybrid learning. Menurut Rahmat dengan menggunakan Quipper, siswa dan guru dapat terlibat lebih mendalam.
Guru dapat memantau kehadiran siswa, menyediakan materi pembelajaran dan siswa dapat mengakses aneka konten video pembelajaran. Segenap perangkat teknologi yang digunakan di SMAN 1 Tambun Selatan ini dikatakan Rahmat, tak terlepas dari dukungan para orang tua siswa.
Selain pendanaan dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk pengadaan teknologi, para orang tua siswa di sekolah yang menyabet peringkat 5 nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) terbaik se-Kabupaten dan Kota Bekasi ini berdasarkan data Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), juga tak segan untuk merogoh kocek pribadi untuk pendanaan kegiatan belajar siswa dengan menggunakan Quipper ini.
Meski demikian, hybrid learning juga bukan tanpa halangan sama sekali. Diungkap Rahmat, meski berada di wilayah yang bisa dikatakan tak sulit sinyal, terkadang blankspot juga masih ditemukan.
“Walau istilahnya di kota, tapi blankspot juga tiba-tiba suka muncul. Kami juga terus melatih para guru untuk dapat mengadaptasi teknologi di bidang pendidikan ini agar semakin maksimal,” papar Rahmat.
Menariknya, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMA Negeri 1 Tambun Selatan Guntur Daryono menuturkan, pembelajaran di masa pandemi justru membuahkan hasil maksimal.
Ini ditandai dengan persentase siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) naik menjadi 72 persen. Sebelumnya berada di kisaran 58 persen.
“Tahun ajaran 2021-2022, sekolah kami ditantang oleh para orang tua siswa untuk dapat mendongkrak lagi capaian siswa yang diterima di PTN ini menjadi 80 persen. Para siswa kami mayoritas diterima di PTN seperti UI, ITB, UGM,” papar Guntur.
Dirinya mengaku bersyukur karena pandemi justru tak melunturkan semangat siswa untuk belajar tekun untuk mendapat hasil maksimal. Pandemi Covid-19 malah memicu siswa untuk belajar giat, mengadaptasi teknologi baru di bidang pendidikan hingga akhirnya membuahkan hasil maksimal.
“Mindset siswa kami sejak awal diterima di sekolah ini memang sudah berbeda. Mereka sadar jika mereka sudah diterima di sekolah ini maka mereka harus mengerahkan kemampuan terbaik mereka untuk belajar tekun dan meraih hasil maksimal untuk kelanjutan pendidikan mereka ke jenjang pendidikan tinggi,” ujar Guntur.
Senada, Analis Kebijakan Ahli Madya, Koordinator Bidang Peserta Didik Direktorat SMA Ditjen Dikdasmen Kementerian Pendidikan dan Kebudyaan Ristek dan Teknologi (Kemdikbudristek) Juandanilsyah mengatakan, hybrid learning yang mengombinasikan antara tatap muka dan belajar dari rumah dirasakan lebih efektif saat ini untuk dilakukan.
“Pembelajaran full online selama ini banyak yang mengeluhkan karena dirasakan tidak bisa dengan mudah dimengerti, sedangkan hybrid learning ini bisa diikuti juga oleh sebagian siswa yang berada di rumah dan sebagian lagi di sekolah,”ujar Juandanilsyah yang akrab disapa Juanda.
Dikatakan Juanda, pihaknya berkomitmen mendukung hybrid learning dengan merelaksasi penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk dimanfaatkan bagi pembelajaran secara daring. “Ini artinya sekolah bisa gunakan dana BOS untuk bantu proses pembelajaran,” ujar Juanda.
Selain itu Kemdikbudristek juga memiliki program bantuan kuota internet agar hybrid learning dapat terlaksana dengan baik. “Kami juga menyiapkan layanan rumah belajar, siaran pembelajaran di TVRI,” kata Juanda.
Tak hanya itu, Kemdikbudristek juga memberikan bantuan berupa penambahan alat teknologi informasi dan komunikasi seperti laptop, proyektor dan modul pembelajaran. “Kami fasilitasi juga bintek secara daring atau webinar. Kami juga menyediakan sarana dan prasarana di sekolah untuk proses PTMT misalnya sarana untuk cuci tangan, dan sebagainya,” papar Juanda.
Ditegaskan Juanda, untuk pelaksanaan hybrid learning, Kemdikbudristek tidak bisa sendirian. Peran dari sekolah swasta untuk menyukseskan pelaksanaan hybrid learning ini juga sangat dibutuhkan.
“Sekolah swasta di Indonesia itu jumlahnya 40 persen. Tentunya harapan kami kita semua saling bersinergi,” tutur Juanda. (Bhakti Hariani)
Bagikan