Sekolah Kita
26 Februari, 2022 21:05 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Riyanta
Eduwara.com, SOLO—Sebagai salah satu sekolah inklusi di Kota Solo, SD Lazuardi Kamila GIS berupaya memberikan pelayanan optimal kepada anak didiknya. Terlebih bagi yang berkebutuhan khusus.
Sekolah yang bertempat di Banjarsari, Solo itu memiliki unit khusus guna memberikan pelayanan bagi siswa berkebutuhan khusus. Unit tersebut bernama Pelangi.
Plt Kepala SD Lazuardi Kamila GIS, Muhammad Nasyir mengatakan unit itu memberikan support akademik bagi semua jenjang.
"Sebagai sekolah inklusi kami membikin unit yang memberi support kegiatan akademik bagi siswa berkebutuhan khusus dari TK, SD, hingga SMP. Maka namanya Pelangi, karena kebutuhan anak yang beragam," kata dia ketika diwawancarai Eduwara.com, Selasa (22/2/2022) di ruang kantornya.
Nasyir menambahkan, Pelangi berisi Guru Pembimbing Khusus (GPK) dengan beragam disiplin ilmu. Tugas mereka adalah memastikan siswa berkebutuhan khusus mendapatkan hak yang sebenarnya.
Hak tersebut berdasarkan klasifikasi yang merujuk kepada pendampingan siswa. Klasifikasi dan pendampingan terbagi menjadi tiga yakni pendapingan penuh, share, dan lepas.
"Setiap siswa yang akan masuk ke sini diobservasi dahulu oleh Tim Pelangi dan akademis. Melalui observasi pedagogi dan medis, tim observer akan mengetahui hak tumbuh kembang siswa," jelas Nasyir.
Jika hak-haknya sudah terpenuhi, maka termasuk siswa reguler. Namun kalau belum, pihak sekolah akan memantau supaya hak mereka bisa terpenuhi.
Menurut Nasyir, siswa yang bahagia, belajar apapun pasti akan paham. Hal itu sejalan dengan branding sekolah inklusi tersebut.
"Branding kami adalah sekolah welas asih dan sekolah bahagia. Maksudnya semua anak tidak ada perbedaan hak. Kemudian kami lebih senang jika siswa bahagia belajar daripada pintar akademis namun tidak bahagia," ucap dia.
Mendukung branding itu, lanjut Nasyir, SD Lazuardi Kamila GIS tidak menerapkan sistem ranking. Kemudian semua siswa pasti naik kelas.
"Bagi kami anak yang dapat nilai 10 menggambar dengan nilai 10 Matematika sama pintarnya. Kami lebih senang siswa menjadi diri mereka sendiri. Guru pun tidak tahu kalau nantinya siswa jadi apa," jelas Nasyir.
Kuncinya, sambung Nasyir, semua akan menjadi nonsense kalau tidak ada kasih sayang. Jangan sampai anak terkungkung dengan kondisinya. Bikin siswa merasa merdeka belajar. (K. Setia Widodo)
Bagikan