Kampus
02 Agustus, 2024 21:57 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA – Perguruan Tinggi Swasta (PTS) diminta untuk beradaptasi dan membenahi diri agar kualitas pendidikan tetap terjaga di tengah menurunnya minat mahasiswa baru yang mencapai 15 persen setiap tahun. Adaptasi yang diharapkan harus disesuaikan dengan kebutuhan Generasi Z.
Hal ini disampaikan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI), Budi Djatmiko dalam sebuah diskusi di Surabaya, Jawa Timur pada Kamis (1/8/2024).
“Kampus swasta terus mengalami kekurangan mahasiswa, dengan jumlah pendaftar yang menurun sebesar 15 persen setiap tahun. Fenomena ini sangat disayangkan karena target Indonesia Emas 2045 memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang unggul,” kata Budi Djatmiko dalam rilis Jumat (2/8/2024).
Menurut Budi, kondisi ini tidak bisa dipisahkan dari fenomena perbedaan demografi calon mahasiswa saat ini, yaitu Gen Z yang lahir pada kurun waktu 1997-2012. Karenanya, kampus perlu segera beradaptasi agar digandrungi Gen Z.
Tak hanya kampus, lanjut Budi, negara juga harus melakukan perubahan sikap serta kebijakan agar kualitas pendidik tidak menurun. Disebutnya, dari 4.500 kampus se-Indonesia, hanya sekitar 100 yang negeri.
“Jadi kalau kampus swasta kekurangan pendaftar, artinya kualitas pendidikan menurun, dan Indonesia akan kekurangan SDM unggul!" ungkapnya.
Bagi Budi, adaptasi PTS maupun lembaga pendidikan lainnya agar tetap diminati Gen Z harus dimulai dari perubahan mindset para pimpinan kampus. Jika generasi sebelumnya belajar untuk menciptakan robot dan teknologi digital, generasi saat ini sudah mengenal keduanya sejak lahir dan tumbuh besar.
"Kalau dulu saya belajar bubut, mengelas, elektronik, dan teknologi ketika kuliah, generasi sekarang ini kenal teknologi bahkan dari bayi. Bahkan robot sekarang sudah menyerupai manusia sehingga Gen Z pasti berekspektasi untuk belajar di ekosistem yang mendukung teknologi,” katanya.
Oleh karena itu, PTS dan lembaga pendidikan lainnya harus mampu menawarkan pengalaman belajar yang relevan dengan kehidupan Gen Z yang melek teknologi digital, termasuk tersedianya ekosistem dan fasilitas digital yang mumpuni yang menarik Gen Z.
Pemanfaatan AI
Direktur Jenderal Vokasi Kementerian Pendidikan periode 2020-2022, Wikan Sakarinto, yang juga menjadi narasumber pada diskusi tersebut, mencontohkan bagaimana Akademi Inovasi Indonesia menerapkan Teaching Factory.
Dengan konsep tersebut, kurikulum mahasiswa di desain berbasis praktikum, dan hasil praktikumnya jadi produk yang dapat dijual langsung lewat berbagai media sosial. Akhirnya kampus yang ia pimpin tersebut digandrungi pendaftar, bahkan bisa menggratiskan biaya perkuliahannya.
"Gen Z tidak bisa lagi didikte, diceramahi, diberitahu benar salah saja. Tapi harus diajak praktik langsung, dan praktiknya lebih bagus jika sekaligus seperti pengalaman kerja," ungkapnya.
Rektor ITS Surabaya, Bambang Pramujati mengatakan pentingnya penggunaan Artificial Intelligence (AI) di kampus. Jangan sampai mahasiswa tidak dikenalkan AI oleh kampus sehingga mereka mempelajari AI dari sumber yang tidak tepat dan berseberangan dengan etika akademik.
“Pembelajaran AI penting dan terus dikembangkan ITS dalam fitur-fitur, perkuliahan, dan program studi baru yaitu bisnis digital,” tuturnya.
CEO SEVIMA dan juga penyelenggara diskusi, Sugianto Halim, menerangkan pemanfaatan AI dapat membantu peningkatan kualitas pendidikan. SEVIMA telah memperkenalkan Edlink for Business platform pembelajaran bagi perusahaan, dan Fitur SPMI penjaminan mutu internal kampus.
"SEVIMA mencoba memberikan alternatif meningkatkan kualitas pendidikan bagi Gen-Z melalui tiga fitur ini,” pungkas Halim.
Bagikan