Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, SOLO—Pandemi Covid-19 mengakibatkan kendala terhadap kegiatan belajar mengajar. Seluruh satuan pendidikan diharuskan beradaptasi agar hak pendidikan siswa tetap terpenuhi.
Satuan pendidikan inklusi juga mengalami hal yang sama. Satuan pendidikan inklusi membutuhkan solusi tepat agar learning loss dapat ditangani. Salah satu sekolah inklusi di Kota Solo yang mengalami learning loss adalah SD Lazuardi Kamila GIS.
Menurut Plt Kepala Sekolah Dasar (SD) Lazuardi Kamila GIS, Muhammad Nasyir, sekolah itu sudah menerapkan beberapa solusi mengurangi learning loss. Solusi itu disesuaikan dengan kebutuhan utama siswa, terlebih bagi yang berkebutuhan khusus.
"Siswa berkebutuhan khusus membutuhkan treatment dan stimulasi yang sesuai. Misalnya, siswa dengan hambatan bicara kebutuhannya adalah terapi wicara," kata dia ketika diwawancarai Eduwara.com, Selasa (22/2/2022), di kantornya.
Siswa yang berkebutuhan khusus, sambung Nasyir, tidak bisa disamakan dengan siswa reguler. Oleh karena itu, SD Lazuardi Kamila GIS menerapkan program coaching atau pendampingan.
Melalui coaching, sekolah memberi pendampingan kepada siswa sesuai kebutuhannya. Namun program tersebut menjadi opsional bagi orang tua. Jika orang tua tidak memilih program itu, ada program lain yakni teleterapi.
Guru Pendamping Khusus (GPK) akan memberi teleterapi kepada orang tua terkait kebutuhan masing-masing siswa. Jadi yang dilatih adalah orang tua kemudian ditransfer ke anak mereka. "Keuntungannya adalah anak mendapat hak belajar sekaligus orang tua tambah pintar," ujar Nasyir.
Selain dua program itu, ada juga home visit. GPK berkunjung untuk memastikan transfer pengetahuan dari sekolah benar-benar diterima dan dipraktikkan di rumah. "Jadi kalau berbicara learning loss, alhamdulillah kami sudah ada solusinya," jelas Nasyir.
SD Lazuardi Kamila GIS memiliki target lanjutan setelah anak berkebutuhan khusus tidak mengalami learning loss. Target itu adalah peningkatan keterampilan hidup sehari-hari serta akademis.
"Akhirnya semua pihak bisa menyadari untuk meningkatkan dua hal itu. Maka secara bertahap frekuensi coaching, teleterapi, dan home visit kami tambah," kata Nasyir.
Menurut dia, siswa berkebutuhan khusus akan mengalami peningkatan jika menggunakan metode imitatif, maksudnya meniru sesuatu yang lebih baik di sekitarnya.
Lebih lanjut, semakin banyak coaching, bertemu dengan teman-teman, dan interaksi sosial, keterampilan hidup sehari-hari serta akademis siswa berkebutuhan khusus akan semakin meningkat.
"Hal ini yang kami bangun supaya sekolah inklusi tidak kalah dengan Covid-19. Kami berharap agar pandemi segera menjadi endemi dan selesai," tutur Nasyir. (K. Setia Widodo)