Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JAKARTA- Sejumlah tantangan nasional masih membelit Indonesia yang juga memiliki dampak pada dunia pendidikan.
Beberapa diantara tantangan tersebut diantaranya transformasi sosial, kesenjangan, kemiskinan, pemenuhan kesehatan, capaian pendidikan dan juga ketergantungan terhadap impor. Terlebih Indeks Daya Saing Indonesia sebesar 64,629 yang berada pada posisi 40 dari 140 negara.
Hal itu disampaikan oleh Plt. Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Diktiristek) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nizam di sela Simposium RISET-Pro 2021 bertajuk Pengembangan Kompetensi Talenta SDM Iptek Unggul Menuju Indonesia Emas 2045 yang digelar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Dia menambahkan, untuk mengatasi hal tersebut diperlukan terobosan yang salah satunya bisa dilakukan dari dunia pendidikan di dalam kampus.
“Indonesia memiliki 4.593 kampus. Jumlah ini lebih dari yang dimiliki China yang hanya memiliki sekitar 2.000 kampus. Ini harus kita manfaaatkan untuk mencetak SDM unggul yang mampu membawa Indonesia bangkit dari jebakan negara berpenghasilan rendah dan menengah,” tuturnya lewat kanal YouTube BRIN, Kamis (18/11/2021).
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan Kampus Merdeka, dimana program ini merupakan gebrakan untuk memecah ruang sempit kampus menjadi samudera pengetahuan yang luas.
Dalam Kampus Merdeka, kata Nizam, mahasiswa diberikan sejumlah uang untuk belajar lintas prodi dan juga ada pembelajaran sebanyak 40 SKS serta mahasiswa bisa menjalani magang di berbagai instansi sesuai minat mereka.
Mahasiswa Indonesia, kata Nizam, terbukti Tangguh. Contohnya, sepanjang pandemi Covid-19, banyak berbagai inovasi diciptakan oleh mahasiswa, baik yang berkaitan dengan penanganan pandemi ataupun tidak.
Salah satunya adalah kendaraan listrik merah putih dan skuter elektrik besutan para mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).
Namun demikian, juga terdapat kekecewaan yang diungkapkan Nizam, dimana alat ventilator buatan mahasiswa yang telah dilengkapi dengan sejumlah peralatan canggih, hingga kini belum juga keluar izinnya.
“Di sini pentingnya keberpihakan negara. Harus dikawal, dibeli dan dibayar. Kita perlu akselerasi lebih lanjut. Kolaborasi dengan industri, dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia [HIPMI] dan Kamar Dagang dan Industri [Kadin],” ujar Nizam.
Simposium bertema Pengembangan Kompetensi Talenta SDM Iptek Unggul Menuju Indonesia Emas 2045 berlangsung pada 17-18 November 2021 dengan mengombinasikan pola luring dan daring di Jakarta.
Kegiatan simposium itu untuk merancang rencana aksi bersama dalam mengembangkan kompetensi SDM iptek untuk dapat berkolaborasi sehingga dapat memberi dampak akademis, sosial, maupun ekonomi. (Bhakti)