Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, SOLO – Urban farming mulai booming saat pandemi Covid-19, yakni saat semua kegiatan dibatasi hanya di rumah saja dan harus menjalani gaya hidup sehat. Urban farming adalah metode yang tepat karena mudah untuk dilakukan hanya memanfaatkan lahan atau ruang kosong dan juga sebagai pemenuhan kebutuhan pangan pertanian organik dengan mengurangi bahan kimia.
Hal tersebut disampaikan salah dosen Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Solo, Haryuni di hadapan ratusan peserta penerima beasiswa Bank Indonesia (GenBI Solo) dan kelompok ibu-ibu PKK di Plesungan, Gondangrejo, Karanganyar, Minggu (16/10/2022).
Acara bertema Pelatihan Urban Farming dan Distribusi Bibit Tanaman GenBI Solo 2022 tersebut diadakan di GORS UTP Surakarta. Pelatihan bertujuan memberikan pemahaman tentang Urban Farming yang dapat meningkatkan wawasan dan serta ketrampilan peserta dalam pembudidayaan bibit tanaman serta menjalin kekompakan antara anggota GenBI Solo.
"Konsep urban farming adalah memanfaatkan ruang terbuka secara maksimal. Dilakukan di pinggiran kota dengan memanfaatkan lahan pekarangan, balkon, atau atap-atap bangunan, pinggiran jalan umum, atau tepi sungai dengan tujuan untuk menambah pendapatan atau menghasilkan bahan pangan," kata Haryuni seperti dilansir Eduwara.com, Rabu (19/10/2022), dari laman UTP Solo.
Hasil panen dari urban farming, sambung dia, lebih menyehatkan lantaran sepenuhnya menerapkan sistem penanaman organik, yang tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida sintesis. Metode pertanian perkotaan atau urban farming juga menjadi salah satu terobosan untuk dapat digunakan sebagai jalan alternatif dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan kelestarian tumbuhan di masyarakat.
“Urbanfarming bisa dilakukan dengan lahan praktis dan sempit kemudian sistemnya organik mengurangi penggunaan bahan kimia dan pestisida yang bisa menjadi residu baik dalam tubuh manusia maupun residu lingkungan,” ungkap dia.
Oleh karena itu, urban farming sangat penting karena bertujuan untuk mengoptimalisasi pemanfataan lahan pekarangan dan juga lahan-lahan kosong di tengah perkotaan padat penduduk. Kemudian nantinya, lahan tersebut akan diubah menjadi lahan yang jauh lebih produktif dan bermanfaat.
Haryuni berharap melalui kegiatan itu, mahasiswa bahkan ibu-ibu PKK yang hadir dapat mempraktikkan ilmu yang telah diterima.
"Sementara untuk ibu-ibu bisa mengimplementasikan menjadi UMKM di wilayah masing-masing dan mendapatkan fasilitas dari BI berupa sarana prasarana karena BI tidak memberikan dana dalam wujud uang, mungkin etalase, mesin spinner peniris minyak mengeringkan atau membuang minyak," jelas dia.
Menurut Haryuni, menanam paling aman dengan metode urban farming. Oleh karena itu, perlu peningkatan keterampilan dan rasa peduli terhadap lingkungan pada generasi muda.
"Nah, urban farming dirasa menjadi salah satu cara yang tepat dan mudah dilakukan untuk generasi muda. Selain dapat bermanfaat bagi lingkungan hidup, kegiatan urban farming ini juga dapat bermanfaat dari segi ekonomi dan sosial," pungkas dia. (K. Setia Widodo/*)