logo

Kampus

Akademisi Diminta Memberikan Perhatian pada Ketahanan Pangan

Akademisi Diminta Memberikan Perhatian pada Ketahanan Pangan
Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Gunawan Budiyanto saat menyampaikan sambutan dalam seminar nasional bertajuk Mewujudkan Ketahanan Pangan Melalui Pertanian yang Berkelanjutan', di Kampus UMY, Jumat (25/3/2022). (EDUWARA/Setyono)
Setyono, Kampus25 Maret, 2022 18:26 WIB

Eduwara.com, JOGJA - Forum Pimpinan Ilmu Pertanian Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FPIPPTM) meminta para akademisi dan pemerintah memberi perhatian lebih pada ketersediaan dan ketahanan pangan.

Melalui seminar nasional bertajuk Mewujudkan Ketahanan Pangan Melalui Pertanian yang Berkelanjutan', di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat (25/3/2022), FPIPPTM menilai hal tersebut berkaitan dengan problem atas isu ketahanan pangan di ranah nasional maupun global.

Sebagai pembicara utama, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Kementerian Pertanian Idha Widi Arsanti. Dia menyatakan isu ketahanan pangan menjadi perhatian khusus pemerintah melalui agenda pembangunan nasional 2020-2024 dengan prioritas program peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas konsumsi pangan.

"Persoalan isu pembangunan pangan dan pertanian berawal dari dampak La Nina dan El Nino yang menyebabkan dampak dari segi pertanian, meliputi kelangkaan agricultureinput, penurunan produksi terutama perishable product (produksi pangan pokok relatif stabil),” laporannya.

Isu ketahanan pangan, menurutnya, juga berpengaruh karena dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan supply dan demand pangan terganggu. Baik dari kualitas dan kuantitas pangan menurun sehingga kemungkinan memunculkan peningkatan PoU, stunting, wasting dan kekurangan micronutrient.

Sebelumnya, pada 2019 Indonesia masuk peringkat 12 dari 23 negara Asia Pasifik dengan indikator Global Food Security Index, di antaranya ketersediaan pangan, aksesibilitas pangan dan kualitas serta keamanan pangan.

"Oleh karena itu, untuk menurunkan angka kerentanan pangan, pemerintah melakukan strategi pembangunan pangan dan pertanian untuk mendukung ketahanan pangan, peningkatan daya saing dan pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Beberapa strategi di antaranya seperti peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sisitem logistik pangan, pengembangan pertanian modern dan gerakan tiga kali ekspor.

Idha Widi juga menyebutkan ada beberapa hal yang menjadi tantangan ketahanan pangan dan gizi yaitu sarana dan prasarana pertanian, skala usaha tani kecil dan konversi lahan, dampak perubahan iklim, akses pangan yang tidak merata, foodloss and waste yang tinggi, regenerasi petani lambat dan tantangan di inovasi dan diseminasi teknologi.

Selaras dengan persoalan ketahanan pangan, Rektor UMY Gunawan Budiyanto, menyampaikan bahwa persoalan ketahanan pangan di Indonesia belum dilakukan dengan baik. Ketahanan pangan erat kaitannya dengan pertanian yang berkelanjutan.

"Dimensi ketahanan pangan sesuai dengan UU Nomor 18 Tahun 2012 meliputi tiga aspek, yaitu ketersediaan, keterjangkauan dan pemanfaatan," jelasnya.

Dari tiga aspek tersebut, Gunawan melihat yang selama ini menjadi problematik dalam akademik Fakultas Pertanian adalah jarang sekali dosen memahami aspek-aspek dimensi ketahanan pangan secara komprehensif. Padahal hal tersebut berkaitan dengan isu-isu pertanian yang juga perlu dipelajari dan ditelaah.

Menurutnya, persoalan mendasar dari sisi akademis atas isu ketahanan pangan di Fakultas Pertanian terlalu banyak berbicara tentang studi tanaman, padahal ada hal lain yang perlu dibahas, khususnya dalam faktor produksi pangan berkelanjutan.

"Diperlukan rekonstruksi kurikulum yang diberikan kepada mahasiswa dalam hal isi ketahanan pangan serta membahas solusi permasalahan untuk pertanian yang berkelanjutan," tutupnya.

Read Next