Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JAKARTA – Usia dini yang berkisar tiga sampai enam tahun merupakan usia di mana masa otak anak tumbuh berkembang dengan pesat. Eksplorasi anak usia dini juga sangat besar maka harus diberi stimulasi yang sesuai dengan karakteristiknya.
Karakteristik anak usia dini berkaitan dengan tugas perkembangan mereka. Saat tugas perkembangan usia dini berhasil dicapai maka sudah bisa dinilai matang unuk memasuki jenjang Sekolah Dasar (SD).
Demikianlah catatan penting dari paparan materi yang disampaikan oleh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Rose Mini Agoes Salim dalam Webinar Selasa Seru: Transisi PAUD ke SD, Selasa (8/3/2022).
Webinar diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD Dikmas) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek), dan dilaksanakan secara langsung melaui Zoom dan siaran langsung Youtube Guru PAUD Dikmas.
Rose melanjutkan, aspek kesiapan sekolah ialah fisik, bahasa, kognitif, sosial-emosional, kemandirian, dan moral.
“Aspek fisik dibagi menjadi motorik kasar dan halus. Saya selalu mengatakan kepada pendidik dan orang tua, anak bisanya motorik kasar seperti lempar dan lari. Untuk masuk ke dunia sekolah, mereka harus bermain di motorik halus. Caranya bisa dengan memasukkan benda kecil seperti biji-bijian ke dalam botol,” kata dia.
Kemudian, aspek bahasa meliputi kemampuan memperkenalkan diri hingga tahap memahami dirinya seperti kondisi lapar atau kenyang. Menurut Rose, jika aspek tersebut bagus maka anak akan menjadi percaya diri. Orang tua bisa memberi stimulasi dengan menanyakan mengenai hal yang anak sukai.
Dilatih Konsentrasi Lebih Lama
Lebih lanjut, jika anak masuk ke SD dengan kondisi yang tidak siap, mengakibatkan sulit beradaptasi. Ketika sudah masuk SD, anak harus dilatih konsentrasi lebih lama agar tidak sulit memahami pelajaran.
“Rentang waktu belajar di SD kelas awal lebih panjang dari TK. Hal ini berkaitan dengan teori rentang konsentrasi. Jika di SD tidak dibiasakan konsentrasi lebih lama maka sulit memahami pelajaran. Kemudian anak akan merasa tidak nyaman di sekolah dan bisa mengakibatkan penurunan prestasi,” jelas Rose.
Sementara itu, Kepala Sekolah Haraki Preschool Depok, Eka Annisa mengatakan masa transisi PAUD ke SD memiliki beberapa tuntutan dan masalah. Pertama, orang tua menginginkan anaknya bisa baca tulis hitung ketika di PAUD. Kedua, orang tua dan guru meletakkan harapan tinggi kepada program transisi PAUD ke SD.
“Kemudian konsep pendidikan yang belum mengacu pada kesiapan untuk masuk SD seharusnya melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, kita butuh jembatan untuk membantu anak usia dini bisa siap di lingkungan formal,” ujar dia.
Strategi yang bisa disiapkan terkait peralihan anak usia dini ke sekolah dasar yaitu menanamkan nilai-nilai kehidupan. Maksudnya, memberikan penguatan dan mengajarkan kecakapan hidup dan kemandirian anak. Selain itu, menstimulasi kemampuan sosial emosional untuk memudahkan anak cepat beradaptasi, serta memberikan pengalaman bermain guna menstimulasi kemampuan literasi.
“Proses literasi bukan hanya membaca, tetapi berkelanjutan. Mulai dari munculnya rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis, berbahasa lisan, hingga kemampuan membaca dan menulis. Proses ini mengikuti perkembangan zaman untuk digunakan dalam proses pembelajaran,” tutur Eka. (K. Setia Widodo)