Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JAKARTA – Numerasi merupakan salah satu tolok ukur kondisi pendidikan di Indonesia. Dasar dari numerasi ialah pembelajaran matematika dan keduanya tidak bisa dipisahkan. Numerasi tidak mungkin bisa dilakukan tanpa siswa paham dan tahu mengenai matematika. Oleh karena itu, guru dituntut paham mengenai pembelajaran matematika.
Hal itu disampaikan Pengawas Madrasah Kota Jakarta Selatan, Siti Fatonah dalam webinar Bedah Modul Pembelajaran Numerasi Madrasah Ibtidaiyah (MI), Senin (14/3/2022). Webinar itu diselenggarakan Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama (Kemenag) melalui Zoom dan siaran langsung Youtube GTK Madrasah Berbagi.
Siti melanjutkan, modul pembelajaran numerasi Madrasah Ibtidaiyah dibagi menjadi tiga, yakni modul I, II, dan II. “Modul I berkaitan dengan pedagogik. Jadi semua hal tentang pedagogik yang harus dikuasai guru ada di modul I. Kemudian modul II dan III berkaitan dengan konten materi,” ujar dia.
Latar belakang modul numerasi menitikberatkan bahwa matematika merupakan sarana melatih penalaran dan logika, bukan sekadar serangkaian soal dan jawaban. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di MI harus difasilitasi proses pemecahan masalah, pembuktian, penalaran matematis, komunikasi, koneksi, dan representasi.
Modul dibuat untuk perbaikan pembelajaran sehingga bisa menambah skor Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia (AKMI) siswa. Melalui modul itu, guru pengampu pelajaran matematika diharapkan menyadari kekuatan dan kekurangan masing-masing sehingga memiliki kemauan kuat memperbaiki dan meningkatkan kekuatan yang dimiliki.
“Yang jelas harus tahu konsep dan praktik pembelajaran matematika di MI. Jadi tidak ada lagi mindset matematika merupakan sesuatu yang menyeramkan. Kemudian paham dan bisa menentukan metode pembelajaran yang sesuai peserta didik,” jelas dia.
Digunakan dalam Pemecahan Masalah
Menurut Robert Reys, lanjut Siti, secara umum tujuan pembelajaran matematika di satuan pendidikan dasar yakni membantu siswa memaknai beberapa konten matematika baik prosedur maupun konsep. Kemudian mengaplikasikan gagasan matematis dalam memecahkan berbagai masalah.
“Misalnya, gagasan bangun datar digunakan pemecahan model masalah sehari-hari. Dari hal itu bisa terlihat aplikasi gagasan matematika dan peran numerasi. Selanjutnya, menumbuhkan sikap-sikap positif seperti persistensi, fleksbelitas, kecintaan untuk terus belajar, dan mengapresiasi keindahan matematika,” beber Siti.
Adapun proses pembelajaran matematika di MI ialah bilangan dan operasinya, seperti pengukuran, geometri, aljabar, analisa data statistika dan probabilitas sederhana. Kemudian, standar proses belajar dengan pemecahan masalah, komunikasi, representasi, dan koneksi secara matematis, serta penalaran dan pembuktian.
“Matematika penalarannya harus jalan dan dibuktikan. Nalar tanpa pembuktian kan omong kosong. Apalagi siswa sekarang lebih kritis yang kadang-kadang meminta bukti,” kata dia. (K. Setia Widodo)