logo

Art

HISKI Komisariat Unwidha Bahas Empat Pujangga Klasik Jawa

HISKI Komisariat Unwidha Bahas Empat Pujangga Klasik Jawa
Pakar budaya Jawa KGPH Adipati Dipokusumo dalam Webinar Nasional Menelusuri Jejak Pujangga Klasik Jawa: Pakubuwono IV, Mangkunegoro IV, Yosodipuro, dan Ronggowarsito, Kamis (17/3/2022). (EDUWARA/K. Setia Widodo)
Redaksi, Art17 Maret, 2022 19:41 WIB

Eduwara.com, KLATEN - Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat Universitas Widya Dharma (Unwidha) Klaten menyelenggarakan Webinar Nasional Menelusuri Jejak Pujangga Klasik Jawa: Pakubuwono IV, Mangkunegoro IV, Yosodipuro, dan Ronggowarsito. Acara itu diselenggarakan Kamis (17/3/2022) melalui Zoom meeting.

Ketua Hiski Komisariat Unwidha, Nani Herawati mengatakan karya-karya pujangga memiliki kontribusi kepada sastra klasik Jawa.

"Hal tersebut penting dibahas. Seorang pujangga bukan sekadar penulis, tapi juga punya otoritas spiritual, kecerdasan, dan daya ingat yang luar biasa. Selain itu bisa mengetahui hal yang belum terjadi dengan ketajaman mata hatinya," ujar dia.

Webinar yang bekerjasama dengan Yayasan Soemoeharmato itu mengundang beberapa narasumber, yakni pakar budaya Jawa KGPH Adipati Dipokusumo, Direktur Pascasarjana Unwidha Agus Yuliantoro dan Ketua Prodi S2 Prodi Bahasa Unwidha Dwi Bambang Putut Setiyadi.

KGPH Adipati Dipokusumo mengatakan dalam Serat Wedhatama karya Pakubuwono IV terdapat nilai-nilai kehidupan, misalnya dalam belajar dan pergaulan sehari-hari.

"Walaupun berasal dari tidak punya kedudukan, namun punya sisi kebaikan, maka wajib bisa bergaul. Tetapi juga diperingatkan agar berhati-hati ketika bergaul dengan orang jahat bisa terpengaruh. Artinya, dalam hal belajar perlu pemilihan siapa yang wajib memberikan kepada kita sebaik-baiknya," ujar Gusti Dipo, sapaan akrab KGPH Adipati Dipokusomo.

Serat Wulangreh, sambung Gusti Dipo, tidak lepas dari nilai kemanusiaan. Wulangreh mengajarkan untuk tidak membeda-bedakan berdasarkan SARA. Kemudian menjunjung tinggi martabat sesama manusia.

Sementara itu, Agus Yuliantoro membahas perbandingan karya keempat pujangga. Menurut dia Pakubuwono IV menitikberatkan ajaran yang bertumpu pada nilai masyarakat Jawa dan kepercayaan Islam.

"Yosodipuro lebih mengintergrasikan komponten yang ada di masyarakat. Kemudian Ronggowarsito fokus kepada para pemuda untuk selalu belajar menggunakan akal sehat, dan Mangkunegoro IV mengintegrasikan semua nilai agar menjadi manusia seutuhnya," jelas dia.

Dalam acara itu, Nani Herawati juga turut menjadi narasumber dengan memaparkan Serat Kalatidha karya Ronggowarsito. Sedangkan Dwi Bambang Putut Setiyadi membahas kearifan lokal yang terdapat dalam Serat Wedhatama karya Mangkunagoro IV dan Wulangreh karya Pakubuwono IV untuk materi ajar pendidikan karakter satuan pendidikan menengah. (K. Setia Widodo)

Read Next