logo

EduBocil

Lewat Cerita Boneka, Siswa PAUD Pembina Bhineka Solo Belajar Soal Toleransi

Lewat Cerita Boneka, Siswa PAUD Pembina Bhineka Solo Belajar Soal Toleransi
Cerita Boneka "Saling Menyayangi Sesama" kepada siswa PAUD Negeri Pembina Bhineka, Mojo, Pasar Kliwon, Solo, Senin (26/9/2022). (Eduwara.com/K. Setia Widodo )
Redaksi, EduBocil26 September, 2022 15:07 WIB

Eduwara.com, SOLO – Salah satu nilai penghormatan dan penghargaan terhadap perbedaan ialah mengenai agama dan keyakinan. Anak-anak memiliki hak untuk mendapatkan informasi tersebut sehingga mendukung tumbuh kembangnya sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2002 Tentang Perubahan UU Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Untuk mengenalkan toleransi melalui dunia pendidikan, Yayasan Kepedulian Untuk Anak (KAKAK) bersama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Solo, Yayasan Perdamaian Lintas Agama dan Golongan (YPLAG), Islamtoday, Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), dan Gaya Mahardika memberikan pengenalan melalui cerita boneka kepada siswa-siswi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Negeri Pembina Bhineka, Mojo, Pasar Kliwon, Solo, Senin (26/9/2022).

Cerita Boneka mengusung judul Saling Meyayangi Sesama yang pada dasarnya memiliki beberapa tujuan di antaranya mengenalkan berbagai agama di sekitar anak, berteman tanpa membedakan agama dan bagaimana saling meyayangi antar anak-anak.

Direktur Yayasan KAKAK Shoim Sahriyati mengatakan kegiatan tersebut mengenalkan tentang perbedaan sejak dini. Salah satu perbedaan yang diangkat adalah beragama dan berkeyakinan.

“Ketika anak-anak sudah mengenal sekolah ada dua kemungkinan, yakni sekolah yang homogen dan beragam. Melalui kegiatan ini, anak-anak dikenalkan mengenai perbedaan agama, bagaimana dia bersikap, kemudian bagaimana bisa berteman dengan siapapun tanpa melihat perbedaan, sehingga ketika berteman jangan sampai ada bullying sesama anak-anak,” ujar dia kepada Eduwara.com, Senin (26/9/2022) di sela-sela acara.

Shoim melanjutkan, saling menghormati dan menghargai merupakan hal yang ditekankan kepada anak-anak melalui cerita boneka. Kemudian mengenalkan kepada guru mengenai tugas mereka untuk memberikan informasi dan mengenalkan perbedaan beragama, serta orang tua yang hadir bahwa mereka juga mempunyai peran yang sama.

“Karena kalau bicara tentang agama dan keyakinan, orang tua punya tugas mendidik anaknya sesuai agama masing-masing. Namun bukan berarti menyudutkan agama yang lainnya. Mungkin ke depannya karena anak-anak sudah mendapatkan informasi, kami akan masuk ke ranah parenting,” tambah dia.

Pantauan Eduwara.com, para siswa terlihat semangat mengikuti kegiatan itu. Pun sewaktu diajak menyanyi bersama, mereka dengan lantang mengikutinya. Terlebih lagi ketika boneka-boneka muncul, mereka spontan berdiri seperti penasaran mengenai wujud boneka.

Cerita yang dibawakan juga tidak lepas dari pesan yang ingin disampaikan. Cerita yang dibawakan berupa ada seorang tokoh anak yang menyampaikan kepada teman-temannya mengenai perbedaan yang berhubungan dengan agama dari salah seorang anak lainnya, sehingga dia menangis. Kemudian tokoh ibu guru memberikan pengertian mengenai perbedaan cara beribadah karena agama dan keyakinan yang berbeda.

Kepala PAUD Negeri Pembina Bhineka Siswati mendukung kegiatan tersebut dikarenakan acara-acara yang bisa menyenangkan dan memberi pengetahuan bagi para siswa sangat dibutuhkan terlebih selepas pandemi Covid-19. Lebih lanjut, dalam mengajarkan perbedaan, tidak bertengkar sesama teman, maupun mem-bully, PAUD Negeri Pembina Bhineka memberikan pengajaran yang diawali dengan pendidikan karakter.

“Jadi anak-anak diajarkan seperti cara menyayangi teman dan berbagi, misalnya dalam permainan balok. Sebenarnya kan ketika pandemi tidak boleh berbagi. Namun kami mencari cara agar mereka bermain kelompok tanpa mengambil mainan temannya dengan membagi balok-balonya,” ungkap dia.

Siswati berharap, melalui kegiatan itu anak-anak dan guru lebih menyayangi sesama walaupun berbeda agama. 

“Mengingat sekolah negeri yang heterogen, sehingga anak-anak tumbuh pemikiran walaupun berbeda agama, ini tetap teman saya. Ketika belajar salat dan mengaji misalnya, tidak mengganggu. Begitupun sebaliknya,” harap dia. (K. Setia Widodo)

Read Next