logo

Kampus

Mahasiswa KKN UMY Diterjunkan ke Cianjur dan Arab Saudi

Mahasiswa KKN UMY Diterjunkan ke Cianjur dan Arab Saudi
Sebanyak 2.663 mahasiswa UMY mengikuti upacara penerjunan KKN Tahun 2023, Rabu (18/1/20230) di kampus setempat. Ke-2.663 mahasiswa tersebut terbagi dalam dua skema KKN yaitu KKN Reguler dan KKN Recovery Cianjur. Pada kesempatan tersebut UMY juga merilis program KKN ke luar negeri bertajuk ‘KKN plus Umroh’. (EDUWARA/Humas UMY)
Redaksi, Kampus18 Januari, 2023 20:26 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2023 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) selain menyasar kerja reguler juga menerjunkan mahasiswa ke daerah terdampak bencana Cianjur, Jawa Barat.

Tak hanya itu, mulai tahun ini UMY juga merilis jalur khusus KKN ke luar negeri. Bertajuk ‘KKN plus Umroh’, peserta KKN akan melaksanakan program pendukung pendidikan bagi masyarakat Indonesia yang ada di Jeddah dan Mekkah.

Dalam upacara penerjunan yang dihadiri Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir pada Rabu (18/1/2023), UMY menerjunkan sebanyak 2.663 mahasiswa peserta KKN. Mereka akan terbagi dalam dua skema KKN yaitu KKN Reguler dan KKN Recovery Cianjur. 

Melalui video langsung, Haedar menyampaikan bahwa mahasiswa harus terus perlu belajar memahami realitas kehidupan masyarakat. Sebab, ilmu yang dimiliki tidak cukup jika hanya dipelajari atau menjadi khasanah ilmu pengetahuan.

"Makna terpenting dari KKN adalah semua mahasiswa belajar memahami komunitas. Sebagai mahasiswa, di manapun kalian berada tentu perlu belajar memahami realitas kehidupan masyarakat," jelas Haedar Nashir dalam rilis yang diterima Eduwara.com.

Haedar menegaskan dengan ilmu yang dikuasai, maka mahasiswa akan menjadi orang yang mampu memahami realitas dan menyelesaikan persoalan-persoalan manusia. Karena, menyelesaikan masalah yang berbasis pada ilmu akan berbeda dengan menyelesaikan masalah dengan insting.

Guru Besar UMY bidang Sosiologi tersebut berharap mahasiswa memahami masyarakat agar bisa memahami hidup bersama dan hidup secara kolektif. Sehingga, keragaman masyarakat menjadi kekuatan, perekat, dan yang mempersatukan hidup masyarakat.

"Maka kehadiran Anda di manapun berada harus menjadi kekuatan, menjadi pemersatu. Jangan sampai kehadiran Anda di masyarakat yang berbeda bisa menimbulkan masalah. Pandai-pandai untuk hidup bersama masyarakat, menyelami tradisi, kebiasaan dan kondisi masyarakat setempat, sekaligus juga belajar arif dalam kehidupan masyarakat," harap Haedar.

Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMY Agung Danarto meminta mahasiswa memberikan dedikasi dan pengkhidmatan yang terbaik kepada masyarakat. Terlebih saat ini paradigma pembangunan Indonesia sudah mulai berubah, bukan lagi terkonsentrasi di daerah perkotaan, tetapi mulai terdesentralisasi di daerah pedesaan.

Hal tersebut terlihat dari meningkatnya program pembangunan desa untuk menuju kesejahteraan Indonesia, serta berbagai infrastruktur jaringan yang juga sudah disiapkan sedemikian rupa oleh pemerintah.

"Andaikan belum, saya kira ini menjadi tugas mahasiswa sekalian untuk melakukan survei, sekaligus memberikan masukan kepada pemerintah daerah agar ada pembangunan infrastruktur, fasilitas untuk pengembangan masyarakat," imbuh Agung. 

Read Next