logo

Kampus

Mengeliminasi TBC, UMY dan UGM Investigasi Kontak Cegah Penularan

Mengeliminasi TBC, UMY dan UGM Investigasi Kontak Cegah Penularan
Pusat Kedokteran Tropis UGM mengembangkan tes pernapasan dengan perangkat electronic nose (e-nose) yang memiliki potensi tinggi untuk memenuhi kebutuhan skrining TB. (Dok. UGM)
Setyono, Kampus29 Maret, 2023 00:28 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali aktif dalam program pencegahan penyebaran tuberkulosis (TBC) di Indonesia. Seperti diketahui, di Indonesia, TBC masih menduduki peringkat kedua dunia setelah India.

Sejak Selasa (28/3/2023), UMY telah melakukan isolasi terhadap 16 mahasiswanya yang sebelumnya berkontak langsung dengan Ulil Ashar. Ulil adalah mahasiswa UMY yang pada Jumat (24/3/2023) ditemukan meninggal di kamar kosnya.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UMY, Faris Al-Fadhat, mengatakan Ulil diduga meninggal akibat sakit TBC.

"Sebagai antisipatif kami sudah mempersiapkan langkah preventif agar tidak terjadi kembali kejadian yang serupa," kata Faris Al-Fadhat dalam rilis, Selasa (28//3/2023).

Berdasarkan gejala-gejala yang dialami almarhum Ulil Aahar, dan mengingat akan ada kemungkinan penularan, dalam 2-3 hari ke depan, UMY akan melakukan screening TBC kepada seluruh dosen, staf dan mahasiswa. Keseluruhan data hasil screening ini akan terintegrasi dengan data di Dinas Kesehatan Provinsi DIY.

"Kami sudah melakukan tracing kepada mahasiswa. Hasilnya terdapat 16 mahasiswa yang sempat melakukan kontak langsung dengan almarhum UA,' ujarnya.

Saat ini keenam belas mahasiswa tersebut sudah selesai diidentifikasi, dan diminta beristirahat di rumah sambil tetap dipantau kondisi kesehatan selama 14 hari ke depan.

Zero TB Yogyakarta

Dari UGM, Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) mengatakan telah bergabung dengan penelitian operasional  kolaborasi di program Zero TB Yogyakarta  (ZTBY).

Project Leader Zero TB Yogyakarta (ZTBY), Rina Triasih mengatakan kegiatan ini merupakan program yang secara aktif membantu percepatan eliminasi TBC tahun 2030.

"Zero TB Yogyakarta ini, kita melakukan pendekatan secara komprehensif yakni menemukan pasien TB, mengobati, dan mencegah penularan," terangnya.

Peneliti pada Pusat Kedokteran Tropis UGM ini menjelaskan ada dua kegiatan utama yang dilakukan ZTBY yaitu menemuan kasus secara aktif dan inovasi pada kegiatan investigasi kontak diikuti dengan pemberian terapi pencegahan TB jangka pendek.

Penemuan kasus TB secara aktif dilakukan dengan mendatangkan mobil rongten ke tengah-tengah masyarakat.

"Mobil rongten ini menyasar populasi berisiko tinggi TB seperti perkampungan padat penduduk/kumuh, lapas, asrama, panti jompo, balita, pasien HIV, dan orang-orang yang kontak dekat dengan penderita TB," ujarnya.

Di pelayanan ini juga diterapkan inovasi rongten portabel yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan untuk membantu menginterpretasikan hasil foto rongten dalam mendukung penemuan kasus TB di masyarakat.

Tak hanya itu, Pusat Kedokteran Tropis UGM juga mengembangkan tes pernapasan dengan perangkat electronic nose (e-nose) yang memiliki potensi tinggi untuk memenuhi kebutuhan skrining TB.

"Selain berbiaya produksi rendah, perangkat ini juga mudah dibawa karena instrumen yang portabel dan hanya memerlukan sedikit daya listrik," jelas Direktur Pusat Kedokteran Tropis UGM, Riris Andono Ahmad.

Read Next