logo

Sekolah Kita

Merdeka Belajar Tumbuhkan Kecakapan Anak Sesuai Kodrat

Merdeka Belajar Tumbuhkan Kecakapan Anak Sesuai Kodrat
Guru SMAN 25 Bandung, Cecep Abdul Rosyid, S.Hum dalam Webinar Nasional VII Guru Madrasah Berbagi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan judul Membedah Kurikulum Prototipe Mapel Bahasa Indonesia SMA/MA yang diselenggarakan oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah, Sabtu (5/2/2022).
Redaksi, Sekolah Kita06 Februari, 2022 14:01 WIB

Eduwara.com, JAKARTA—Melalui Merdeka Belajar guru secara merdeka menetapkan pembelajaran sesuai dengan konteks yang dihadapi peserta didiknya. Bagi peserta didik bisa mengembangkan potensi penalaran, literasi, numerasi, imajinasi, dan minat masing-masing sesuai arah, gaya belajar, dan kecepatan yang dibutuhkan.

Adanya Merdeka Belajar menjadikan semua unit pendidikan yaitu sekolah, guru, dan peserta didik mempunyai kebebasan berinovasi dan kebebasan belajar secara mandiri dan kreatif.

Demikian inti dari pemaparan Guru Penggerak Angkatan 2, Cecep Abdul Rosyid, S.Hum dalam Webinar Nasional VII Guru Madrasah Berbagi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan judul Membedah Kurikulum Prototipe Mapel Bahasa Indonesia SMA/MA, Sabtu (5/2/2022).

Webinar itu diselenggarakan oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah. Cecep yang juga guru SMAN 25 Bandung itu membahas Pendidikan yang Memerdekakan. Menurutnya siswa akan merasa tertekan ketika menempuh seluruh mata pelajaran di tingkat SMA.

“Ketika di bangku SMA, siswa harus menempuh sekitar 13 mata pelajaran. Siswa harus menuntaskan semua pelajaran itu dengan menghadapi 13 guru yang karakternya berbeda. Saya rasa siswa pasti merasa tertekan,” kata dia.

Memberi Tuntunan

Materi pelajaran yang sama selama bertahun-tahun di sekolahan, menjadikan guru lebih paham dengan materi yang diajarkan. Berbeda dengan guru, siswa dalam kurun waktu sekitar tiga tahun merasa lebih sulit memahami materi pelajaran. Selain itu, kebanyakan guru akan lebih bangga jika siswa berprestasi di mata pelajaran yang diajarkan olehnya.

Cecep mengkritisi pola pendidikan sekarang yaitu mempelajari segala materi pelajaran dengan tujuan memiliki nilai rapor tinggi. Terkait hal tersebut, guru memiliki tugas tidak hanya mengajar materi pelajaran, namun juga menjadi pendorong, penuntun, dan pemberi contoh kepada siswa terkait proses pembelajaran.

Lebih lanjut, Cecep menerangkan dua asas pendidikan Ki Hajar Dewantara. Kedua asas tersebut yaitu 1) Memberi tuntunan terhadap segala kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat; 2) Pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya.

“Pendidikan hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Artinya bahwa hidup tumbuhnya anak-anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita sebagai kaum pendidik. Mereka akan tumbuh sesuai kodratnya sendiri,” jelas dia.

Menurut Cecep, program Merdeka Belajar bisa menjembatani gagasan asas pendidikan Ki Hajar Dewantara. Sebagai guru, dia juga mengalami kendala yang harus dihadapi seperti adanya guru yang alergi terhadap perubahan, tidak mau keluar dari zona nyaman, mengajar hanya untuk sebuah pekerjaan, hingga regulasi yang tidak sesuai.

“Solusi yang bisa ditawarkan untuk menghadapi kendala tersebut yaitu kolaborasi antar warga sekolah, berinovasi, menjadi pembelajar sepanjang hayat, dan sadar bahwa mengajar merupakan sebuah pengabdian,” pungkas dia. (K. Setia Widodo)

Editor: Riyanta

Read Next