Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JAKARTA – Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) akan menggelar Muhibah Budaya Jalur Rempah yang sebelumnya tertunda karena pandemi Covid-19 untuk memperkuat ketahanan dan diplomasi budaya.
Kegiatan tersebut merupakan pelayaran menggunakan Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci, kapal latih TNI Angkatan Laut yang membawa pemuda-pemudi pilihan dari 34 provinsi dengan tujuan untuk napak tilas Jalur Rempah Nusantara.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek, Hilmar Farid mengatakan Jalur Rempah sebenarnya terbentang tidak hanya di Nusantara, tetapi sampai timur Afrika.
“Nusantara, khususnya bagian timur adalah hulu Jalur Rempah yang berperan dalam sejarah. Bahkan jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa. Selain itu, Jalur Rempah menjadi penting untuk melengkapi agenda poros maritim dunia dari sisi kultural, yakni membangkitkan kesadaran maritim,” ujar dia seperti siaran pers yang dilansir Eduwara.com, Rabu (27/4/2022) dari laman resmi Kemdikbudristek.
Muhibah Budaya Jalur Rempah dimulai pada 1 Juni 2022 dan berakhir 2 Juli 2022. Selama kurun waktu tersebut, para peserta akan mengarungi lintas samudra menyusuri enam titik Jalur Rempah, yaitu Surabaya, Makassar, Baubau-Buton, Ternate-Tidore, Banda, dan Kupang. Peserta akan disebar dalam empat titik pergantian atau pertukaran peserta, yakni di Surabaya, Makassar, Ternate, dan Kupang.
Jumlah peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah setiap koridor pelayaran sebanyak 134 orang dengan perincian 126 laki-laki dan 8 perempuan, terdiri atas 80 orang awak TNI AL KRI Dewaruci, 42 perwakilan provinsi, 6 orang pendamping/mentor, dan 6 orang perwakilan media.
Pelayaran ditandai dengan Festival Jalur Rempah yang mengangkat kekayaan alam dan budaya masing-masing titik singgah dan dirajut dari elemen budaya berupa seni, kriya, kuliner, ramuan, wastra, dan kesejarahan.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Restu Gunawan mengatakan, kegiatan ini sekaligus menyiapkan Jalur Rempah sebagai warisan dunia.
“Muhibah Budaya sekaligus untuk menyiapkan Jalur Rempah sebagai Warisan Dunia (World Heritage) dalam memperkuat diplomasi Indonesia dan meneguhkan sebagai poros maritim dunia,” kata dia.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk menegaskan kembali keindonesiaan yang telah terhubung sejak dahulu dan diharapkan bisa membantu pembangunan berkelanjutan. Ketersambungan budaya dalam lintas daerah di Indonesia merupakan suatu esensi dari program Muhibah Budaya Jalur Rempah.
Atas keberagaman pendukung budaya yang dipersatukan melalui kehangatan rempah-rempah itu, bermanfaat untuk mengembangkan dan memperkuat ketahanan budaya dan diplomasi budaya, serta memaksimalkan pemanfaatan Cagar Budaya dan Warisan Budaya Takbenda. (K. Setia Widodo/*)