logo

Art

Sambut Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah, UMS Adakan Pergelaran Wayang Kulit

Sambut Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah, UMS Adakan Pergelaran Wayang Kulit
Rektor UMS, Sofyan Anif (kiri) menyerahkan wayang kulit Raden Abimanyu kepada Ki Bayu Aji Pamungkas Anom Suroto (kanan). (EDUWARA/UMS)
Redaksi, Art31 Oktober, 2022 23:33 WIB

Eduwara.com, SUKOHARJO – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengadakan Pergelaran Wayang Kulit di GOR Kampus II, Sabtu, (29/10) malam. Acara itu merupakan rangkaian dari peringatan hari jadi ke-64 UMS sekaligus menyambut Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah, 18-20 November mendatang.

Rektor UMS, Sofyan Anif berharap bahwa pertunjukan wayang kulit dengan lakon Wahyu Cakraningrat dapat menjadi sebuah inspirasi.

“Mudah-mudahan nanti perhelatan wayang ini bisa memberikan inspirasi kepada kita semua, dan tentu yang paling penting adalah kita bisa menyukseskan Muktamar. Semua saja, meskipun bukan warga Muhammadiyah tapi juga kita minta untuk mensykseskan Muktamar ke-48 pada tanggal 18-20 November mendatang,” kata dia seperti dilansir Eduwara.com, Senin (31/10/2022), dari laman UMS.

Pergelaran wayang dimulai dengan diserahkannya tokoh wayang kulit Raden Abimayu oleh Rektor UMS Sofyan Anif kepada sang dalang, Ki Bayu Aji Pamungkas Anom Suroto. Sekretaris Rektor, Anam Sutopo dalam kesempatan itu membacakan sinopsis lakon Wahyu Cakraningrat.

Anam Sutopo menuturkan Raden Abimayu berhasil mendapatkan gelar Wahyu Cakraningrat berkat kesabarannya dalam menahan diri atas godaan ketidakadilan yang diberikan kepadanya.

"Cerita ini merupakan cerita kepemimpinan yang mampu menghandayani rakyat, mempegang teguh kejujuran, memberikan keteladanan, rasa aman, nyaman, dan tenteram kepada rakyat, serta memberi rasa kasih sayang pada rakyat. Kemudian mempunyai perilaku amanah, dan merekatkan warganya tanpa membedakan latar belakang, agama, ras dan budaya, serta peduli terhadap lingkungannya," jelas dia.

Kejahatan, sambung Anam, tak pernah mengalahkan kebajikan sangat relevan dengan ajaran Muhammadiyah yang selalu melakukan amar makruf nahi mungkar. Sifat kesatria mencerahkan bagi yang membutuhkan sebagaimana Sang Surya Muhammadiyah yang selalu mencerahkan semesta.

“Karakter kepemimpinan yang sederhana, kuat dan tangguh menghasilkan prestasi dan mengayomi rakyatnya tercermin dari tagline UMS yang mencerahkan, unggul dan mendunia,” ujar dia.

Menarik Perhatian

Lebih lanjut, Pergelaran wayang kulit itu menarik banyak perhatian, baik dari internal kampus maupun eksternal kampus. Salah satu mahasiswa internasional UMS asal Pakistan, Muhammad Abuzar mengaku kagum ketika menyaksikan pertunjukan wayang itu.

Bagi dia, wayang merupakan hal baru tetapi dia dapat menikmatinya, meskipun sulit memahaminya secara utuh. Menurut Abuzar, wayang kulit merepresentasikan sebuah kebudayaan, sehingga dia berharap dapat belajar hal baru dari Pergelaran wayang tersebut.

“Ini merupakan hal baru bagi saya, tetapi saya harap saya dapat belajar hal baru dari pertunjukan ini. Setelah menyaksikan wayang ini, saya berkeinginan untuk mencari tahu lewat google berkaitan dengan wayang. Dan ya pertunjukan wayang kulit sangat menarik,” kata dia dalam bahasa Inggris.

Selain itu, salah satu mahasiswa lainnya, Rahmi Fadillah merasa beruntung karena bisa menonton wayang secara langsung.

“Meskipun saya tidak paham bahasanya, tetapi setidaknya saya bisa tahu suasananya wayang kulit di Jawa itu seperti apa. Saya merasa beruntung bisa nonton wayang kulit ini,” kata Rahmi Fadillah, mahasiswi asal Bandung itu. (K. Setia Widodo/*)

Read Next