logo

Sekolah Kita

SD Cemara Dua No. 13 Solo Raih Penghargaan Adiwiyata Nasional

SD Cemara Dua No. 13 Solo Raih Penghargaan Adiwiyata Nasional
Siswa SDN Cemara Dua No.13 Solo sedang menyirami tanaman dan observasi tanaman di sekolah. (Eduwara.com/SDN Cemara Dua No.13 Solo)
Redaksi, Sekolah Kita29 Desember, 2021 15:39 WIB

Eduwara.com, SOLO—SDN Cemara Dua No.13 Solo meraih penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata Nasional. Penghargaan itu diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sabtu (25/12/2021).

SDN Cemara Dua No.13 Solo termasuk dalam 344 sekolah di Indonesia peraih penghargaan Adiwiyata Nasional jenjang SD-SMA. Kepala Sekolah SDN Cemara Dua No.13, Eni Idayati, menerangkan penghargaan tersebut merupakan buah hasil kerja sama semua warga sekolah. 

"Ini semua berkat kerja keras dan komitmen bersama. Kami bersinergi mulai dari Tim Adiwiyata SDN Cemara Dua, komite pendamping, pengawas, DLH Solo, bahkan Puskesmas, dan dinas terkait lain. Yang tidak kalah penting tentu warga sekolah ini sendiri," kata Eni ketika ditemui Eduwara.com di Kantor SDN Cemara Dua No.13, Senin (21/12/2021).

Sekolah yang terletak di Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Solo itu sudah menerapkan Program Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBHLS) sejak lama. Penghargaan tersebut tidak dicapai secara spontan, melainkan hasil kerja jangka panjang.

"Penghargaan yang kami dapatkan tidak serta merta diraih secara instan. Tetapi sudah dipersiapkan dan ditata beberapa tahun sebelumnya," tutur kepala sekolah tersebut.

Lingkungan Hidup

Menurut Eni, perilaku cinta lingkungan hidup warga sekolahan terus diupayakan berjalan secara berkelanjutan. Semua kegiatan sekolah wajib dikaitkan dengan gerakan PBHLS. Tidak hanya fisiknya saja, tetapi juga non fisik, misal rencana pelaksanaan pembalajaran (RPP) guru harus ada hubungannya dengan PBHLS.

Lingkungan SDN Cemara Dua No.13, penerima penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional. (Eduwara.com/Muhammad D. Praditia)

 

Sekretaris Tim Adiwiyata SDN Cemara Dua No.13, Dani Srihandayani menguraikan penilaian sekolah Adiwiyata Nasional lebih banyak pada penilaian administrasi PLBHS. Hal itu karena penilaian fisik sekolah sudah selesai ketika di tingkat Kota dan Provinsi. 

Pada tahun 2013 sekolah tersebut sudah menerima penghargaan Sekolah Adiwiyata tingkat Kota. Kemudian meningkat menjadi Sekolah Adiwiyata tingkat provinsi. Baru tahun 2021 meraih penghargaan tingkat nasional

Terdapat enam aspek gerakan PLBHS, yaitu drainase, sanitasi dan kebersihan lingkungan, pengelolaan sampah, penanaman/pemeliharaan pohon, konservasi air, konservasi energi, dan inovasi.

"Semua aspek itu harus dijalankan, namun di sekolah ini kami lebih menekankan mengenai pengelolaan sampah. Mengingat warga sekolah di sini banyak, jadi sampah menjadi masalah. Oleh karena itu, kami berupaya mengelolanya," jelas Dani.

Lingkungan SDN Cemara Dua No.13, penerima penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional. (Eduwara.com/Muhammad D. Praditia)

 

Selain pengelolaan sampah, SDN Cemara Dua No.13 juga berinovasi pada perilaku ramah lingkungan hidup lainnya. Sekolah membudidayakan ikan lele, kemudian hasil panennya diolah dan dikonsumsi oleh warga sekolah. Selain itu juga menanam sayuran, seperti kangkung dan bayan. Juga terdapat tanaman lain, seperti jahe. Hasil panen diolah menjadi makanan, lalu dikonsumsi oleh warga sekolah juga.

"Kegiatan cinta lingkungan hidup tidak hanya dilakukan di dalam sekolah saja. Melainkan di luar sekolah juga, seperti mengadakan grebeg sampah ketika ada acara-acara di kota. Kami juga bekerja sama dengan pihak luar, misalnya karang taruna setempat untuk pengelolaan Bank Sampah," tutur Dani 

Kepala Sekolah berharap sekolahnya dapat mempertahankan penghargaan ini, syukur dapat mendapatkan penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri. Eni berharap sekolahnya menjadi contoh untuk sekolah lain.

"Saya tekankan sekali lagi, bahwa penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional merupakan kerja bersama. Mulai dari penjaga sekolah, kepala sekolah, guru, siswa, orang tua bahkan masyarakat sekitar sekolah. Kami harus berkomitmen untuk berperilaku mencintai lingkungan hidup. Ini tidak spontan, melainkan kerja jangka panjang, butuh pengorbanan dan kerja keras," tutup dia. (M. Diky Praditia)

 

Editor: Riyanta

Read Next