logo

Kampus

Suka Duka Dokter Lulusan UI di Tapal Batas, Harus Gesit dan Serba Bisa

Suka Duka Dokter Lulusan UI di Tapal Batas, Harus Gesit dan Serba Bisa
Menkes RI Budi Gunadi Sadikin (UI)
Bhakti Hariani, Kampus23 Maret, 2022 14:51 WIB

Eduwara.com, JAKARTA – Sebagai negara kepulauan, Indonesia membentang dari Sabang hingga Merauke. Luasnya wilayah Indonesia menyebabkan banyak daerah yang belum maksimal terjangkau layanan kesehatan utamanya daerah yang berada di kawasan tapal batas yang jauh dari pusat pemerintahan dan infrastruktur yang belum memadai.

Berdasarkan data dari Badan Nasional Pengelola Perbatasan, terdapat 222 kecamatan yang menjadi lokus prioritas perbatasan periode 2020–2024 yang perlu diintervensi oleh lintas sektor, termasuk sektor kesehatan. Fasilitas kesehatan yang sudah dibangun mencakup 184 puskesmas pada periode 2017–2021 dan 35 rumah sakit pada periode 2020–2024. 

Pemerintah juga mengadakan program Nusantara Sehat untuk mengisi keterbatasan sumber daya manusia (SDM) di puskesmas dan rumah sakit yang ada di daerah terpencil. Nusantara Sehat merupakan upaya kesehatan terintegrasi yang mencakup aspek preventif, promotif, dan kuratif melalui penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis tim dengan jumlah dan jenis tertentu. 

Program ini ditujukan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK), serta daerah bermasalah kesehatan (DBK). 

Para mahasiswa Universitas Indonesia dari Fakultas Kedokeran mengikuti program Nusantara Sehat ini. Mereka tersebar di seluruh negeri untuk menjalankan program ini. 

Mereka adalah Dokter Umum RSUD Boven Digoel Satrio Wahyu Fathurahman, Dokter Umum Puskesmas Kabare, Raja Ampat Nadia Amani, Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RSUD Fakfak Subhan Rumoning, Dokter Spesialis Paru di RS Dok II Jayapura Victor Paulus Manuhutu, serta Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di RSUD Teluk Wondama, Papua Barat Indah Kurniawati.

Kelima dokter tersebut bercerita tentang pengalaman mereka saat bekerja di daerah timur Indonesia. Menurut dokter Nadia, upaya pelayanan kesehatan primer yang dilakukan di Papua meliputi upaya kesehatan perorangan (UKP), upaya kesehatan masyarakat (UKM), dan penanganan pandemi. 

UKP mencakup penyediaan layanan poli, instalasi gawat darurat (IGD), dan rawat inap. Sementara itu, pelayanan UKM mencakup posyandu, program pengelolaan penyakit kronis (prolanis), puskesmas keliling (pusling), inspeksi air minum, penanganan gizi buruk, serta pengendalian dan pemberantasan penyakit (P2P).

Tantangan Pandemi

Masa pandemi Covid-19 semakin menambah tantangan para dokter yang bertugas di wilayah tapal batas. Dalam menangani Covid-19, dokter berperan sebagai juru bicara terkait penanganan dan penanggulangan. 

Dokter juga membuat kebijakan strategis tentang penanggulangan dan merawat pasien. Dokter Subhan menuturkan, permasalahan yang dihadapi tenaga kesehatan dalam menanggulangi Covid-19 di Papua adalah kurangnya sumber daya manusia, kebijakan dan aturan yang tidak berbanding lurus dengan kecepatan medis, penunjang medis, serta kultur masyarakat. 

“Jika di kota besar budaya kerja sangat cepat, sedangkan di daerah budaya kerja lebih santai. Jika ada inovasi pelayanan yang tidak sesuai ritme kerja, biasanya akan menimbulkan masalah baru,” ujar Subhan dalam siaran pers yang diterima redaksi Eduwara.com, Rabu (23/3/2022).

Untuk menghadapi situasi ini, Dokter Victor mengungkapkan, para dokter harus bisa menjalin komunikasi yang baik dengan warga dan beradaptasi dengan terbatasnya sarana-prasarana medis. Menurutnya, komunikasi yang baik akan membantu dokter memenuhi kebutuhan prioritas pasien. 

Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RSUD Fakfak Subhan Rumoning. (UI)

“Sebagai lulusan FKUI, kami tidak hanya mengerjakan klinis, tetapi juga harus bisa mengerjakan banyak hal. Misalnya, membuat desain ruang isolasi dan boks untuk swab, menangani pasien, bahkan saat cleaning service takut mengangkat sampah dari pasien Covid-19, maka kami yang mengangkat sampah. Jadi, dokter di daerah harus gesit, lincah, dan cerdas dalam melakukan banyak hal,” papar Dokter Victor.

Lain lagi kisah Dokter Indah sebagai satu-satunya Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Teluk Wondama. Dokter Indah harus menangani semua kasus obgyn, baik pada pasien Covid maupun non-Covid. 

“Harus ada pemerataan akses kesehatan untuk masyarakat luas. Ini merupakan wujud kepedulian para dokter pada kesehatan masyarakat,” ujar Indah.

Dikatakan dia, ketika berada di tempat yang jauh, maka seorang dokter bisa meningkatkan keterampilan karena keadaan. Para dokter juga dapat mengasah kemandirian dalam decision making

“Kontribusi ini merupakan tanggung jawab dari sumpah profesi dan keilmuan yang telah didapat, karena dokter tidak hanya memberikan pelayanan, tetapi juga berperan sebagai kader untuk membangun sistem kesehatan,” tutur Indah.

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di RSUD Teluk Wondama, Papua Barat Indah Kurniawati (UI)

Pengabdian

Kontribusi yang diberikan dokter-dokter lulusan UI ini sejalan dengan harapan Dekan FKUI Ari Fahrial Syam, Bagi Ari, kegiatan ini luar biasa karena menampilkan sosok UI ada di mana-mana. 

“Kami berharap orang-orang dari daerah yang berhasil menyelesaikan studi di FKUI dapat mengabdi ke daerah-daerah asalnya. Alhamdulillah, dengan program Nusantara Sehat, banyak dokter yang mau bergabung dan berkontribusi. Kami berharap alumni FKUI dapat tersebar ke seluruh Indonesia sehingga upaya pemerataan kesehatan bisa tercapai,” tutur Ari.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengapresiasi keterlibatan para alumni UI dalam program ini. “Kami berharap dukungan dari sivitas akademika UI dapat mewujudkan terlaksananya transformasi kesehatan sehingga seluruh masyarakat, termasuk di wilayah perbatasan, dapat mengakses layanan kesehatan yang berkualitas. Saya yakin UI dapat memberi kontribusi nyata untuk kemajuan pembangunan kesehatan Indonesia, khususnya dari tapal batas,” tutur Menkes Budi Gunadi.

Read Next