logo

Kampus

Tim PKM-RE FKIK UMY Kembangkan Ekstrak Kulit Pohon Bangkal sebagai Antikanker Payudara

Tim PKM-RE FKIK UMY Kembangkan Ekstrak Kulit Pohon Bangkal sebagai Antikanker Payudara
Empat mahasiswa FKIK UMY, yaitu Yumna Alifah, Salma Khairunnisa, Dhia Melinda Najla, dan Dyah Ajeng Febyanti meraih pendanaan Kemenristekdikti melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Eksakta (RE). Tim PKM-RE UMY ini berhasil mengembangkan kulit batang pohon Bangkal (Nauclea subdita) sebagai antikanker payudara. (EDUWARA/Dok. UMY)
Setyono, Kampus08 Juli, 2024 05:45 WIB

Eduwara.com, JOGJA - Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil mengembangkan kulit batang pohon Bangkal (Nauclea subdita) sebagai antikanker payudara.

Proyek yang digagas oleh Yumna Alifah, Salma Khairunnisa, Dhia Melinda Najla, dan Dyah Ajeng Febyanti meraih pendanaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Ketua tim PKM-RE UMY, Yumna Alifah menjelaskan penelitian tersebut menggunakan metode LC-MS, MTT Assay, dan molecular docking dengan tujuan mengevaluasi sediaan nanoliposom. Penelitian ini didasarkan pada keprihatinan terhadap kasus kanker payudara yang merupakan jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di Indonesia, yaitu mencapai 65.858 kasus atau 16,6 persen dari total kasus kanker.

“Penelitian ini kami harapkan dapat menjadi alternatif pengobatan kanker payudara yang efektif dan aman dengan menggunakan tanaman herbal,” kata Yumna, dilansir Minggu (7/7/2024).

Kulit batang pohon Bangkal memiliki kandungan alkaloid, dengan salah satunya adalah alkaloid subditine yang memiliki sifat paling signifikan menghambat pertumbuhan kanker prostat. 

Di Indonesia, penelitian terkait tanaman ini dalam topik kanker masih sangat sedikit. Bahkan belum ada yang meneliti efektivitas ekstrak kulit batang pohon Bangkal ini sebagai obat alternatif untuk kanker.

“Penelitian yang ada di Indonesia kebanyakan masih menelitinya sebagai bahan kosmetik, menyesuaikan kegunaannya di masyarakat sebagai bedak dingin,” ujarnya.

Ke depan, penelitian ini dapat terus dikembangkan hingga menjadi obat klinis yang dapat digunakan untuk terapi pasien kanker. Selain itu, tanaman ini juga memiliki potensi untuk penelitian penyakit lain seperti anti-inflamasi.

Read Next