logo

Art

Ungkap Keseharian Pegawai Museum, ADN Solo Raya Putar “Hari-Hari Radya Pustaka”

Ungkap Keseharian Pegawai Museum, ADN Solo Raya Putar “Hari-Hari Radya Pustaka”
Pemutaran Film dan Diskusi "Hari-Hari Radya Pustaka" oleh Asosiasi Dokumenteris Nusantara Korda Solo Raya di Museum Radya Pustaka, Surakarta, Kamis (16/12/2021). (Eduwara.com/K. Setia Widodo)
Redaksi, Art17 Desember, 2021 13:17 WIB

Eduwara.com, SOLO—Komunitas Asosiasi Dokumenteris Nusantara (ADN) Korda Solo Raya menyelenggarakan Pemutaran Film dan Diskusi “Hari-Hari Radya Pustaka”, Kamis (16/12/2021), di Museum Radya Pustaka.

Ketua Asosiasi Dokumenteris Nusantara Korda Solo Raya, Jamal Muhammad Amin, selaku pemantik diskusi mengatakan acara ini digelar di Museum Radya Pustaka untuk mendekatkan penonton kepada tempat pembuatan film itu. Diharapkan masyarakat bisa lebih mengenal Museum Radya Pustaka dan mengunjungi museum di Jl. Slamet Riyadi itu.

Film Hari-Hari Radya Pustaka menceritakan keseharian para pegawai di museum itu. Soal cara mengelola museum, permasalahan yang muncul, serta keluh kesah pegawai tergambar jelas di film pendek itu.

Setelah pemutaran film selesai, acara dilanjutkan diskusi dengan tiga narasumber. Ketiga narasumber tersebut, Sutradara Hari-Hari Radya Pustaka, Agustian Tri Yuanto; pegawai museum Fajar Suryanto, dan akademisi Ilmu Sejarah UNS Insiwi Febriaty, S.S, M.A.

Menurut Agustian, dia membuat film tentang Museum Radya Pustaka agar masyarakat mengetahui isi dan lokasi museum tersebut. “Selama ini banyak warga yang belum tahu lokasi museum ini.”

"Sebenarnya film ini untuk menggugah penonton untuk mengetahui Radya Pustaka. Biar mereka tahu, oh ada ya museum yang seperti ini di Solo. Latar belakangnya hanya itu" ucap dia ketika diwawancarai Eduwara.com selepas acara selesai.

Sejarah Museum

Lebih lanjut, Agustian menjelaskan isi film difokuskan pada keseharian pegawai museum. Dia menilai film soal isi museum justru kurang menarik bagi penonton.

Pemutaran Film dan Diskusi "Hari-Hari Radya Pustaka" oleh Asosiasi Dokumenteris Nusantara Korda Solo Raya di Museum Radya Pustaka, Surakarta, Kamis (16/12/2021). (Eduwara.com/K. Setia Widodo)

 

Sementara itu, Fajar Suryanto memaparkan suka dukanya sebagai pegawai Radya Pustaka. Dia mengisahkan perjuangannya selama 14 tahun mengabdi sebagai pegawai museum. 

Di sisi lain, Insiwi Febriaty memaparkan sejarah museum itu sejak awal berdiri hingga hari ini. Museum itu didirikan oleh Patih Kraton Surakarta, Adipati Sasradiningrat IV. Dia juga menyinggung kasus hilangnya sejumlah koleksi museum sebagai miss management. Tetapi, menurutnya, saat ini manajemen Radya Pustaka lebih baik.

“Saya melihat ada satu sisi brand dan image yang baik tentang Radya Pustaka. Sekarang tampil dengan wajah, nuansa, suasana baru. Yang paling penting adalah publikasi lebih modern dan tertata.”

Salah seorang penonton Lutfi Hardian, yang juga mahasiswa Ilmu Sejarah UNS, menilai acara tersebut sangat baik. "Apalagi diselenggarakan di museum, sehingga bisa berkunjung dan bisa mengetahui Radya Pustaka bukan hanya tempat mengoleksi, tetapi juga tempat berdiskusi. Film tersebut juga diambil dari sudut pandang yang cukup unik. Biasanya tentang koleksi museumnya tetapi ternyata ini dari sudut pandang pegawai Museum Radya Pustaka.”

Di sisi lain, Soemarni Wijayanti selaku pagawai museum sangat mengapresiasi acara tersebut. Menurutnya, kegiatan museum tidak hanya kegiatan yang serius, bisa juga kegiatan seni budaya maupun film. Menurutnya, hal tersebut juga menjadi media promosi Museum Radya Pustaka.

"Harapannya generasi muda mau mengenal Radya Pustaka baik koleksi maupun sejarahnya. Kita jangan sampai kalah dengan orang luar negeri. Bagi orang Indonesia museum dinilai kurang menarik untuk berwisata. Sedangkan orang asing sangat apreciate terhadap koleksi, sejarah, dan bangunannya," tambah dia. (K. Setia Widodo)

 

 

Editor: Riyanta

Read Next