logo

Kampus

UMY Gandeng Usaha Sampah Desa Kelola Sampah di Kampus

UMY Gandeng  Usaha Sampah Desa Kelola Sampah di Kampus
Kepala Desa Panggungharjo dan Direktur PT Pasti Angkut saat menjelaskan konsep pengelolaan sampah pada perwakilan UMY di TPS3R KUPAS, Sabtu (10/12/2022). (Eduawara/Setyono)
Setyono, Kampus11 Desember, 2022 16:54 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Sebagai penerima predikat 'Green Campus' hingga tiga kali, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bekerjasama dengan salah satu usaha pengelola sampah desa di Bantul. dalam mengelola sampah di lingkup kampus.

Kerjasama pengelolaan sampah di UMY ini melibatkan Kelompok Usaha Pengelola Sampah (KUPAS) Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

KUPAS Desa Panggungharjo dikenal sebagai BUMDes yang fokus pada pengelolaan dan penanganan sampah. Pada September lalu, mereka meluncurkan aplikasi pengambilan sampah dengan skema insentif dan disinsentif bagi pelanggan bernama 'Pasti Angkut'.

"Sebagai kampus  yang tiga kali meraih predikat Green Campus, UMY selalu bermasalah dengan keberadaan sampah yang dihadirkan civitas akademis. Terlebih dengan kondisi tempat pembuangan sampah di DIY yang sering buka tutup. Kita memerlukan solusi penanganan sampah yang komprehensif," jelas Wakil Rektor UMY Bidang Sumber Daya Keuangan dan Aset UMY Suryo Pratolo,, Sabtu (10/12/2022) usai penandatangan kerja sama.

Diharapkan dengan dikelola pihak swasta, penanganan sampah yang akan menghadirkan ekonomi sirkular. Dimana nantinya pemanfaatan dari daur ulang sampah seperti pupuk organic, kerajinan, maupun hasil lainnya bisa diperdagangkan di UMY.

"Kita memiliki ratusan pohon yang menghasilkan sampah hijau. Selama ini, kondisi ini belum tertangani. Lewat kerjasama ini, kita berharap sampah tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik," Suryo.

Tak hanya itu, dari kerjasama diharapkan akan melahirkan kolaborasi yang menurut Suryo akan melibatkan dosen, mahasiswa maupun seluruh civitas akademik. Dimana, nantinya pihak desa akan masuk ke lingkungan kampus untuk memperkenalkan konsep penanganan sampah mandiri.

Kemudian UMY, sebagai salah satu upaya tri dharma pendidikan, dosen maupun mahasiswa akan didorong melakukan riset penanganan sampah sehingga menghasilkan teknologi tepat guna.

Kepala Desa Panggungharjo Wahyudi Anggoro Hadi melihat kerjasama ini merupakan pintu masuk ke institusi pendidikan untuk menularkan perilaku pemilahan sampah khususnya ke mahasiswa.

"Sejak beroperasi September lalu, 1.500 pelanggan kami sudah berubah perilakunya dalam penanganan sampah. Mereka sudah memilah dan ujungnya menghasilkan keuntungan berlipat," kata Wahyudi.

Dengan melibatkan mahasiswa, Wahyudi melihat penyelesaian masalah sampah di hulu akan bisa terurai di masa depan. Karena pada dasarnya, dengan berubahnya perilaku memilah sampah sejak mahasiswa akan terus terbawa hingga berumah tangga.

Direktur PT Pasti Angkut Salva Yurivan Saragih dari menyebut, meski perubahan perilaku pemilahan sampah sudah dilakukan kalangan rumah tangga. Namun hal itu ternyata tidak menular pada mahasiswa yang tinggal di kos-kosan.

Aplikasi 'Pasti Angkut', adalah sistem pengangkutan sampah rumah tangga dengan ongkos proporsional yang disesuaikan beratan sampah. Satu kilogram sampah yang akan diangkut dihargai Rp1.000.

Sistem ini turut memberikan keuntungan bagi konsumen atau rumah
tangga yang turut bertanggung jawab dengan memilah sampah dalam tiga kategori,
yakni basah, daur ulang, dan residu.

Read Next