Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, JOGJA – Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Gunawan Budiyanto mengatakan pihaknya konsisten menerapkan perkuliahan metode campuran (blended) sampai memenuhi standar new normal yang ditentukan sendiri.
"Campuran perkuliahan luar jaringan (luring) dengan dalam jaringan (daring) merupakan pilihan kita dalam menerapkan kebijakan mitigasi Covid-19. Ini sebagai upaya pencegahan mengurangi risiko penyebaran (Covid-19) di lingkungan kampus," kata Gunawan, Rabu (29/12/2021).
Keputusan tersebut, menurutnya, diambil berdasarkan hasil evaluasi ketercapaian kompetensi mahasiswa yang menunjukkan hasil kurang memuaskan dengan kompetensi yang maksimum hanya 50 persen – 60 persen. Ini dampak dari kultur mahasiswa dan dosen yang belum terbiasa dengan kuliah online penuh.
Sebenarnya, sejak September 2020 UMY mulai hybrid antara luring dan daring untuk menjamin tingkat mutu kelulusan. Sebab selama pandemi materi perkuliahan hanya setengah yang bisa ditangkap mahasiswa.
Dalam pelaksanaannya, manajemen kelas akan ada pengaturan pembagian jumlah tatap muka dengan daring ataupun luring dengan cara ganjil-genap. Pembagian tersebut juga dilakukan secara bertahap dan menyesuaikan dengan situasi penyebaran Covid-19.
"Di awal kita tetapkan daring 60 persen dan luring 40 persen. Ini sebetulnya strategi yang enak, tinggal dilihat nanti kombinasinya seperti apa tergantung situasi penyebaran Jika sangat gawat kita tetap menggunakan metode blended, hanya saja perkuliahan luring kita turunkan menjadi 40 sampai bertahan menjadi 20 persen," jelasnya.
Sekarang, Gunawan memastikan karena kondisi sudah aman, jadi 75 persen dosen diperbolehkan memanfaatkan perkuliahan tatap muka, dimana penerapan ganjil-genap diberlakukan. Tiap tengah semester, mahasiswa absen ganjil masuk dahulu, lalu di tengah semester selanjutnya mahasiswa bernomor induk genap masuk. Ada juga yang menerapkan masuk bergantian tiap minggu.
Terkait perbandingan jumlah perkuliahan online dengan offline, Gunawan menjelaskan dengan tiap satu mata kuliah yang terdiri dari 16 kali pertemuan, pihaknya memperbolehkan perkuliahan tatap muka sebanyak 8 sampai 10 kali.
"Tinggal membagi, satu mata kuliah terdiri dari 16 kali tatap muka, jadi kalau sekarang ini masih diperbolehkan 8-10 kali tatap muka di kelas," tambahnya.
Kebijakan ini, menurut Gunawan, ditempuh karena UMY menjadi contoh lembaga pendidikan lainnya dalam menerapkan sistem serupa selama pandemi. Dijadikan studi banding oleh lembaga pendidikan lain ke UMY serta sebagai pembicara dalam semiloka mitigasi Covid-19 di ranah pendidikan, menjadi bukti.
Gunawan berharap, ke depan perkuliahan segera kembali ke new normal dengan sarana prasarana yang menunjang. UMY telah membuat buat sendiri standar new normal yang didukung sarana prasarana kesehatan yang dipadukan dengan sistem kesehatan, santunan kesehatan dosen, karyawan, dan mahasiswa.