Kampus
31 Agustus, 2022 00:26 WIB
Penulis:Setyono
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JOGJA – Para pengampu program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam dari perguruan tinggi keIslaman negeri dan swasta sepakat bahwa eksistensi Ilmu Komunikasi Islam harus disesuaikan dengan nilai-nilai agama, budaya, etika, dan karakter masyarakat.
Perumusan ulang eksistensi dinilai penting untuk membumikan Ilmu Komunikasi Islam dalam menjawab tantangan peradaban baru.
Hal ini telah disepakati 215 pengampu dan akademisi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran dalam Konferensi Nasional Komunikasi Islam (KNKI) Ke-IV dan Kongres Ke-IV Asosiasi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (ASKOPIS) yang berlangsung di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mulai Selasa (30/8/2022) sampai Kamis (1/8/2022).
Ketua Umum DPP ASKOPIS Mohammad Zamroni menyatakan upaya membumikan Ilmu Komunikasi Islam sekarang ini sangat penting, khususnya dalam menjawab tantangan peradaban baru.
"Hal inilah yang kita jadikan latar belakang konferensi dan kongres dengan tema Meneguhkan Kontribusi Ilmu Komunikasi Islam dalam Menjawab Permasalahan Keumatan, Kebangsaan, dan Keindonesiaan," kata Zamroni, Selasa.
Dengan jumlah peserta sebanyak 215 dari 78 perguruan tinggi Islam negeri maupun swasta, Zamroni menegaskan kegiatan ini menjadi bentuk komitmen demi mewujudkan cita-cita besar ASKOPIS membumikan peradaban komunikasi Islam di seluruh penjuru.
"ASKOPIS sebagai representasi secara akademik untuk penguatan keilmuan dan kelembagaan Ilmu Komunikasi Islam di Indonesia dituntut memberikan kontribusi besar secara akademik melalui wadah organisasi, profesi, kelembagaan dan juga keilmuan," tegasnya.
Dalam paparannya, Guru Besar Ilmu Komunikasi Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara Syukur Kholil menyatakan pentingnya eksistensi Ilmu Komunikasi Islam dalam pembangunan peradaban kebangsaan dan kenegaraan.
"Ilmu Komunikasi Islam menjadi pilihan tepat dan sesuai dengan nilai-nilai yang ada baik agama, budaya, etika dan karakter masyarakat dalam membangun peradaban manusia, perspektif kebangsaan dan keindonesiaan," terang Syukur yang menjabat Dewan Penasehat DPD ASKOPIS Sumatera Utara.
Baginya, jika prinsip Ilmu Komunikasi Islam yang dibangun dengan keikhlasan, kejujuran, kebenaran, keakuratan, kesopansantunan, lemah lembut, kritik yang membangun, menyesuaikan sasaran, mengamalkan pesan-pesan yang disampaikan, serta keseimbangan informasi.
"Maka persoalan kebangsaan khususnya dalam bidang komunikasi tidak akan terjadi," ujarnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Al-Islam Kemuhammadiyahan UMY Faris Al Fadhat, menyampaikan isu yang diusung dalam acara ini selaras dengan keberadaan Ilmu Komunikasi Islam yang kemudian melahirkan dua tantangan sekaligus bagi program studi Ilmu Komunikasi Islam.
Ketua Panitia Pelaksana KNKI & KONGRES IV Twediana Budi Hapsari memaparkan, tujuan utama dari acara ini adalah untuk menguatkan eksistensi Islam di Indonesia dengan memunculkan bagaimana Islam yang moderat, menampilkan wajah hangat sehingga ingin menguatkan dengan kondisi seperti itu.
"Terlebih pasca pandemi, kami ingin memperbanyak ilmuwan Komunikasi Islam untuk memperkaya khazanah paradigma keilmuan Komunikasi Islam secara spesifik," ungkap Twediana yang menjabat Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Agama Islam UMY.
Acara yang diharapkan dapat meningkatkan eksistensi prodi KPI ini turut dimeriahkan dengan berbagai kegiatan di antaranya call for papers, lokakarya, bedah buku, bazar buku dan lifetime achievement motivation award.
Bagikan