Sekolah Kita
14 November, 2022 21:01 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Ida Gautama
Eduwara.com, JAKARTA – Usia Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu tahap perkembangan krusial yang perlu mendapat perhatian, termasuk aspek gizi untuk perkembangan kognitif anak usia sekolah. Hal tersebut di antaranya telah diatur dalam Rencana Aksi Nasional Peningkatan Kesejahteraan Anak Usia Sekolah dan Remaja (RAN PIJAR) yang ditetapkan pada Permenko PMK Nomor 1 Tahun 2022.
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), didukung oleh World Food Programme (WFP) Indonesia dan SEAMEO-RECFON mengadakan Pertemuan Dialog Kebijakan Strategis tentang Gizi untuk Anak Usia Sekolah, baru-baru ini.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK, Agus Suprapto mengatakan pelaksanaan RAN PIJAR menekankan peran penting program UKS/M serta kolaborasi multi-sektoral untuk bergerak bersama mendukung terwujudnya praktik gizi yang baik oleh siswa.
“Tahap perkembangan usia Sekolah Dasar merupakan salah satu tahap perkembangan krusial yang seringkali kurang diperhatikan, maka dari itu peran multi-sektor pada dialog ini sebaiknya bisa mengarah pada sasaran,” ujar Agus seperti dilansir Eduwara.com, Senin (14/11/2022), dari laman Kemenko PMK.
Agus menambahkan, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018, sebanyak 23,6 persen anak usia 5-12 tahun mengalami stunting, 9,2 persen mengalami wasting, kemudian 10,8 persen mengalami kelebihan berat badan, dan 9,2 persen mengalami obesitas.
Sementara itu, data dari Statistik Pendidikan Kemendikbudristek Tahun 2020/2021 menunjukkan, dari 148.743 Sekolah Dasar (SD) baru 63.665 sekolah (42.80 persen) yang memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
“Perilaku hidup sehat harus kita tekankan pada perkembangan anak usia sekolah, terutama kebersihan dan jajanan sekolah,” tegas Agus.
Praktik Bersama
Dia mengatakan, jika dilihat melalui berbagai data, beberapa hal penting perlu diperhatikan dalam perkembangan anak usia sekolah, di antaranya tantangan di bidang kesehatan fisik, tantangan mental, dan tantangan sosial.
“Dari hasil survei di beberapa sekolah juga terjadi disparitas gizi dan konsumsi baik dari segi kualitas maupun kuantitas di Indonesia. Sudah seharusnya kita semua hadir di sana, di lapangan,” katanya.
Menurut Agus, praktik bersama sangat diperlukan dalam menangani berbagai tantangan dan permasalahan pada perkembangan anak usia sekolah.
“Saya berharap momentum kegiatan ini merupakan suatu langkah awal yang baik untuk menentukan kebijakan strategis perbaikan gizi anak sekolah dan melakukan upaya secara terintegrasi dan bersinergi lintas sektor dan antar komponen serta memanfaatkan potensi yang ada secara optimal,” imbuh dia.
Sementara itu, Asisten Deputi Ketahanan Gizi dan Promosi Kesehatan, Jelsi Natalia Marampa menuturkan, peran dan dukungan K/L, serta lintas sektor sangat diperlukan dalam peningkatan status gizi anak usia sekolah dan remaja.
“RAN PIJAR diharapkan menjadi acuan dalam menyusun kebijakan, program dan target kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan Anak Usia Sekolah dan Remaja di Indonesia,” kata Jelsi. (K. Setia Widodo/*)
Bagikan