Bagikan:
Bagikan:
Eduwara.com, SOLO – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Solo menggelar Festival Bocah Dolanan 2022, Jumat-Sabtu (16-17/9/2022) di Dalem Joyokusuman, Solo. Festival tersebut berupa pameran dan demonstrasi dolanan tempo dulu serta aksi dan demonstrasi bocah dolanan yang diikuti oleh 10 sanggar anak.
Kepala Bidang Seni dan Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo, Tuti Orbawati Ribut dalam sambutannya menuturkan festival tersebut memberi kesempatan anak-anak untuk tampil dan dipilih menjadi nominasi sanggar terbaik.
“Semoga semuanya, anak-anak rela apapun hasilnya dan tetap bergembira serta bersyukur,” ujar dia.
Pantauan Eduwara.com, enam sanggar tampil pada hari pertama, Jumat (16/9/2022) dan sisanya akan tampil pada hari kedua, Sabtu (17/9/2022). Penampilan sanggar dilaksanakan di Pendapa Dalem Joyokusuman, sedangkan pameran dolanan tempo dulu berupa egrang bambu, egrang batok, gangsing bambu, bakiak, dakon, dan bola bekel berada di halaman pendapa.
Masing-masing sanggar menampilkan drama bocah dengan memainkan berbagai permainan tradisonal. Mereka terlihat semangat sewaktu tampil, tidak lupa pula dengan para orang tua yang mendampingi. Gelak tawa pecah ketika melihat kelucuan tingkah anak-anak, tepuk tangan pun riuh sewaktu penampilan masing-masing sanggar usai.
Koordinator Sanggar Girli Budaya Sejahtera, Sunu Purniyadi mengatakan festival tersebut bisa mengangkat kembali mengenai berbagai permainan anak-anak.
“Acara ini menampilkan sebuah permainan tradisional. Sekarang kan anak-anak bermainnya tidak di lapangan, bahkan lapangan juga sudah tidak ada, jadi bermainnya dengan gawai dan dilakukan sendiri. Dengan adanya festival ini, anak-anak bisa mengenal permainantradisonal kembali,” kata Sunu ketika diwawancarai Eduwara.com, Jumat (16/9/2022) di sela-sela acara.
Persiapan, sambung dia, dilakukan sekitar tiga pekan sebelumnya dengan melibatkan sekitar 20 anak. Namun pada hari pelaksanaan ada yang sakit dan tidak bisa digantikan karena memegang alat musik, sehingga dengan terpaksa alat musiknya dikurangi dan menyisakan sekitar 17 anak.
Sudah Luntur
Menurut Sunu, sekarang ini permainan tradisonal sudah luntur di kalangan anak-anak. Hal itu karena ada kemajuan teknologi yang mana sekolah pun memakai gawai.
Dalam gelaran itu, Sanggar Girli Budaya Sejahtera menampilkan beberapa permainan tradisional yang dikemas dalam judul Yuk Sing Rukun.
“Ibaratnya interaksi sosial mereka kurang, maka dengan penampilan ini saya ingin mengangkat untuk yuk bermain bersama lagi, jadi biar interaksi sosialnya ada. Tadi digambarkan ada satu anak yang ingin sendiri terus cuma pakai gawai, tapi diajak teman-teman yang lain untuk bermain,” jelas dia yang juga Guru Seni di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cemara Dua No. 13 Solo itu.
Bagi Sunu, anak-anak bisa dilatih untuk mengolah rasa mereka melalui permainan tradisional. Seperti ketika ada yang jatuh, ditolong anak-anak yang lain. Jika ada yang belum bisa, yang lain juga akan membantu.
“Jadi di dalam permainan tradisional ada olah rasa berupa sikap gotong royong, sikap tepa slira, dan saling membantu,” tambah dia.
Sunu berharap, festival itu tetap diadakan setiap tahun dan tidak hanya melibatkan 10 sanggar.
“Karena banyak sanggar di Solo dan mereka senang ketika diberi fasilitas dan diberi kesempatan untuk mengisi. Sehingga harapannya festival ini bisa diteruskan dan jangan dihilangkan,” harap dia. (K. Setia Widodo)