logo

EduBocil

Jangan Hanya Spirit Doll, “Asuh Siaga” Ajak Selebritas Asuh Bayi Manusia

Jangan Hanya Spirit Doll, “Asuh Siaga” Ajak Selebritas Asuh Bayi Manusia
Ilustrasi Spirit Doll (NU Online)
Redaksi, EduBocil15 Januari, 2022 22:14 WIB

Eduwara.com, JAKARTA -- Aliansi LSM Pengasuhan yang tergabung dalam Aliansi Pengasuhan Berbasis Keluarga (Asuh Siaga) mengajak selebritas yang mengasuh bayi Spirit Doll, untuk ikut mengasuh bayi manusia. 

Saat ini banyak bayi membutuhkan pengasuhan orang tua asuh, terlebih dua tahun pandemi telah menyebabkan ribuan orang tua meninggal dunia karena Covid-19. Data Kementerian Sosial mencatat hingga 29 September 2021, tercatat 37.951 YAPI Covid-19 (anak menjadi yatim piatu (YAPI), yatim, atau piatu karena Covid-19).

Dalam rilis yang dikirimkan ke Redaksi Eduwara.com, Sabtu (15/1/2022), Ketua Asuh Siaga, Muhammad Ihsan mengatakan fenomena mengasuh boneka Spirit Doll bisa jadi momentum untuk mengingatkan para selebritas untuk ikut mengasuh bayi-bayi manusia yang selama ini kehilangan pengasuhan orang tua kandung.

"Silahkan saja jika ingin mengasuh bayi Spirit Doll. Itu hak pribadi masing-masing. Kami hanya mengajak mereka yang mengasuh bayi Spirit Doll juga mengasuh bayi manusia. Banyak bayi dan anak-anak yang berada di panti asuhan yang membutuhkan pengasuhan. Kalau mereka mampu mengasuh bayi Spirit Doll yang harganya hingga jutaan, mestinya juga bisa mengasuh bayi manusia," kata Muhammad Ihsan yang juga pernah menjabat Komisioner KPAI tahun 2011- 2014.

Menurut Ihsan, saat ini sudah ada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 44 Tahun 2017 tentang Pengasuhan Anak. PP tersebut memudahkan orang tua untuk mengasuh anak-anak yang kehilangan pengasuhan orang tua kandung. 

Pengasuhan yang diatur PP ini tidak sekadar menjadi penyandang dana atau memberi bantuan sebagaimana yang selama ini dipahami. Orang tua yang ingin mengasuh bayi juga bisa mengajak bayi dan anak-anak panti asuhan itu tinggal di rumah mereka, atau dikenal dengan FosterCare.

"Prosesnya mudah. Calon orang tua asuh bisa langsung datang ke panti asuhan dan mengajukan diri. Nanti ada petugas sosial yang akan melakukan asessment kemampuan dan kelayakan orang tua asuh tersebut untuk diberi hak pengasuhan selama jangka waktu tertentu," kata Ihsan.

Kekurangan Orang Tua Asuh

Majelis Pelayanan Sosial Muhammadiyah yang menaungi panti-panti asuhan di bawah Muhammadiyah juga menyadari sistem FosterCare belum banyak diketahui masyarakat. Ketua Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Muhammadiyah Sularno menyampaikan Pimpinan Pusat Muhammadiyah memberi amanah kepada majelis yang dipimpinnya untuk membuat pedoman FosterCare, sehingga bisa lebih luas dikenal masyarakat. 

"Sehingga ketika ada anak membutuhkan pertolongan pengasuhan pengganti, seperti di lokasi bencana, konflik, ada daftar orang tua yang telah siap dan langsung bisa diselamatkan. Hanya kami kekurangan orang tua yang siap mengasuh," kata Sularno. 

Sampai saat ini MPS Muhammadiyah membuka diri, bagi para orang tua yang ingin mendaftar menjadi orang tua dalam program FosterCare. Panduan FosterCare telah di ujicoba di Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta dan Jawa Timur. 

“Dan saya kira sangat tepat, dengan sajian data anak anak yatim piatu selama pandemi, yang lebih banyak angkanya di Pulau Jawa,” katanya.

 

Read Next