logo

Sekolah Kita

Proses Mengajar di SMA Kolese De Britto Dibukukan Dalam Sinau Sambi Mlaku

Proses Mengajar di SMA Kolese De Britto Dibukukan Dalam Sinau Sambi Mlaku
Proses Mengajar di SMA Kolese De Britto Dibukukan Dalam Sinau Sambi Mlaku (De Britto)
Setyono, Sekolah Kita07 Februari, 2022 15:50 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Pengalaman proses belajar baik yang dialami guru maupun siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kolese De Britto Yogyakarta diceritakan kepada khalayak umum lewat buku berjudul 'Sinau Sinambi Mlaku'. Ini adalah buku ke-75 yang ditulis warga De Britto.

Dalam rilis yang diterima oleh Eduwara.com, Ketua Pengurus Yayasan De Britto Romo Cyprianus Kuntoro Adi SJ bahwa buku Sinau Sinambi Mlaku diluncurkan saat perayaan Pesta Santo Yohanes De Britto, Jumat (4/2/2022) pekan lalu. 

"Sinau Sinambi Mlaku, ini merupakan karya para guru SMA Kolese De Britto. Menjadi tradisi guru, siswa, dan alumni De Britto memang menghidupi budaya tulis, baik tulisan berupa buku maupun di media massa," katanya, Senin (7/2/2022).

Dalam buku ini, tersaji sebanyak tiga puluh karya tulis para guru. Buku ini berawal dari rerasan atau obrolan yang kemudian dilanjutkan dengan briefing singkat. Masing-masing guru, di tengah padatnya agenda akhir semester, mencoba memilih satu pengalaman khas mengajarkan pelajarannya.  "Sinau Sinambi Mlaku secara harfiah berarti belajar sambil berjalan. Tajuk buku ini memang tak sekadar harfiah, terilhami oleh judul tulisan yang menjadi pembuka antologi ini," lanjut Romo Kuntoro.

Hampir keseluruhan tulisan yang berkisah tentang cara mendekatkan pelajaran sejarah kepada muridnya. Namun, sejatinya bukan hanya murid yang belajar, guru pun sedang belajar. Artinya, 'Sinau Sinambi Mlaku" berlangsung pada murid sekaligus gurunya.

"Belajar menemukan pendekatan, media, cara mengevaluasi, atau sarana yang bisa dipakai untuk membawa materi pelajaran kepada muridnya. Upaya para guru kian intensif ketika pembelajaran berlangsung di masa pandemi Covid-19," lanjutnya.

Dalam pembelajaran jarak-jauh (PJJ), guru tidak sekadar memindah kelas tatap muka ke tatap layar. Guru mesti mengubah pola pikir dan imajinasinya, melengkapi diri belajar teknologi, atau menyelisik berbagai tautan untuk materi pembelajaran.

Selama proses penyusunan buku ini, Romo Kuntoro mengatakan bahwa penulis harus memilih satu saja dari sekian banyak pengalamannya yang paling mengesan sepanjang menjadi guru agar murid paham dan mengerti terhadap materi yang diajarkan.

"Karya ini menjadi buku yang ke-75 dalam 20 tahun terakhir yang telah diterbitkan. Baik karya tunggal maupun karya bersama. Demikian juga ribuan artikel yang terkorankan," kata Romo.

Lewat sambutan tertulis, guru besar Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Anita Lie menggambarkan lewat bukti ini De Britto memberikan narasi yang sangat kuat.

"Itu adalah daya tarik yang luar biasa, karena di sana ditemukan suasana orang untuk berpikir, untuk merenung, merefleksikan. Ketika hal itu dituliskan orang ketemu dengan dirinya sendiri," katanya.

Read Next