logo

Kampus

Tingkatkan Perspektif Tata Kelola Bencana, Mahasiswa UMY Gelar Kuliah Lapangan di Pantai Cemara Sewu

Tingkatkan Perspektif Tata Kelola Bencana, Mahasiswa UMY Gelar Kuliah Lapangan di Pantai Cemara Sewu
Sebanyak 46 mahasiswa Ilmu Pemerintahan Fisipol UMY menggelar kuliah lapangan guna mempraktekkan mata kuliah Tata Kelola Bencana di pantai Cemara Sewu, Bantul, Kamis (14/7/2022). (UMY)
Setyono, Kampus14 Juli, 2022 14:16 WIB

Eduwara.com, JOGJA – Sebanyak 46 mahasiswa Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menggelar kuliah lapangan guna mempraktekkan mata kuliah Tata Kelola Bencana di pantai Cemara Sewu, Bantul, Kamis (14/7/2022).

Dipandu oleh dosen pengampu mata kuliah Tata Kelola Bencana Sakir Ridho Wijaya, para mahasiswa diajak untuk mengenali berbagai ancaman bencana, kemudian melakukan tindakan,  sikap, dan proses evakuasi diri sendiri serta orang lain.

"Hari ini ada 46 mahasiswa yang kami ajak untuk mempelajari bencana tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi yang rawan terjadi di pesisir selatan Bantul," katanya.

Dari pengalamannya, pembelajaran praktik bagi mahasiswanya ini sangatlah penting karena banyak yang berasal dari pesisir namun sama sekali tidak mendapatkan pemahaman maupun simulasi mengenai ancaman bencana alam.

Dalam prakteknya, ke-46 mahasiswa ini dibagi dalam lima kelompok yang berperan sebagai pemerintah, akademisi, media massa, dunia industri dan masyarakat. Setiap kelompok diminta untuk melakukan perencanaan antisipasi bencana, penanganan saat terjadi bencana dan evaluasi pascabencana.

"Kenapa ini penting, karena bencana itu bukan hanya urusan geofisika atau geologi saja. Namun lebih mengarah pada pembentukan kelembagaan kesiapsiagaan bencana oleh masyarakat, bukan lagi pada peran pemerintah atau swasta,"kata Sakir yang juga menjabat sebagai Direktur International Program of Government Affairs and Administration (IGOV) UMY.

Diharapkan dengan pemberian materi dan pengalaman lapangan mengenai kesiapsiagaan bencana, nantinya para mahasiswa bisa menularkan ilmunya ke daerah asal lewat berbagai peran yang bisa mereka ambil.

Di sisi lain, Sakir juga melihat selama ini pemberian materi maupun perspektif mengenai bencana alam dalam dunia pendidikan masih kurang. Padahal sebagai kawasan rawan bencana, sektor pendidikan menjadi pintu masuk utama untuk mitigasi bencana alam.

"Pemangku pendidikan masih memandang perspektif kesiapsiagaan belum dianggap penting diajarkan sejak dini. Demikian juga dengan perguruan tinggi. Silahkan di cek berapa banyak kampus yang sudah menyiapkan jalur evakuasi ketika terjadi bencana," jelasnya.

Baginya, berbagai peluncuran program Desa Tanggap Bencana (Destana) maupun Sekolah Siaga Bencana masih bersifat seremonial saja. Belum dibarengi dengan kesiapan program, lembaga maupun sumber daya manusianya.

Salah satu mahasiswa Muhammad Miftahul Ahsan, menyatakan pentingnya pembelajaran lapangan mengenai kebencanaan alam.

"Kami di setiap sektor tertantang untuk melakukan pemetaan terhadap 12 indikator kesiapsiagaan terhadap bencana, khususnya tsunami. Kami juga dituntut untuk bersikap, menanggani dan evaluasi," jelasnya.

Read Next