logo

Sains

Universitas Oxford Uji Coba Vaksin Covid-19 Lewat Semprotan Hidung

Universitas Oxford Uji Coba Vaksin Covid-19 Lewat Semprotan Hidung
Kedatangan satu juta dosis vaksin AstraZeneca dalam bentuk jadi, melalui Bandar Udara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (16/07/2021). (Sekretariat Presiden)
Bunga NurSY, Sains10 November, 2021 10:48 WIB

Eduwara.com, OXFORD – Para ilmuwan di Universitas Oxfrod, Inggris, tengah melakukan uji coba pemberian vaksin AstraZeneca dalam bentuk obat semprot hidung.

Dilansir dari Voice of America pada Rabu (10/11/ 2021), Ketua Tim Riset uji coba tersebut Dr. Sandy Douglas menjelaskan untuk tahap pertama, pihaknya telah memberikan vaksin berupa semprotan hidung itu ke sejumlah kecil orang. 

“Kami telah memberikannya  kepada 30 orang sejauh ini, dan kami melangkah ke tahap uji coba berikutnya, di mana kami akan memberikannya ke 12 orang lagi,” katanya.

Jika terbukti berhasil, obat semprot ini bukan hanya menjadi cara yang lebih mudah diakses dalam menerima vaksin, tapi juga diharapkan memicu respons kekebalan yang lebih kuat daripada suntikan sekarang ini. 

“Mungkin, dengan memberikan vaksin ke hidung dan menciptakan respons kekebalan di hidung, pengurangan penularan bisa lebih efektif. Faktor lainnya yang dipertimbangkan adalah kenyamanan,” jelasnya.

Jika vaksin ini lolos berbagai uji coba, Dr. Sandy Douglas memperkirakan semprotan tersebut dapat didistribusikan dalam waktu sekitar setahun lagi. 

Ketua Tim Riset Klinis Jenner Instituse Meera Madhavan mengatakan mempelajari respons kekebalan tubuh secara khusus di hidung setelah mendapat semprotan hidung, jelas dapat mengubah cara kita memandang vaksin. 

"Masuk akal untuk memikirkan bahwa  kita berpotensi divaksinasi melalui jalur infeksinya,” ujarnya.

Sebagaimana diketahui, Universitas Oxford dan AstraZeneca telah berkolaborasi setahun lalu dan kemudian mengumumkan bahwa vaksin mereka akan memberi perlindungan tingkat tinggi terhadap Covid-19.

Adapun, para sukarelawan uji coba vaksin semprot hidung ini berusia antara 18 tahun hingga 40 tahun, warga lokal Oxford, dan akan diobservasi selama empat bulan. Respons sistem kekebalan yang dibangkitkan oleh vaksin akan dipantau. Begitu pula faktor keamanan dan reaksi negatif lainnya.

 

Read Next