Art
16 Januari, 2022 21:29 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Riyanta
Eduwara.com, SUKOHARJO—Hujan menjadi salah satu aspek penting bagi manusia. Tanpa adanya hujan, manusia akan kesulitan menjalan kehidupan. Seperti masyarakat pertanian yang menganggap hujan adalah keberkahan untuk keberlangsungan cocok tanam, terlebih bagi yang sedang dilanda kekeringan.
Sifat hujan yang memberi kehidupan inilah yang menginspirasi pendiri Mugi Dance Studio, Mugiyono Kasido, membuat event International Rain Festival (IRF) yang digelar setiap tahun. Salah satu filosofi hujan yang menumbuhkan benih, menurut Mugi, sesuai dengan tujuan IRF yakni menumbuhkan generasi muda untuk berkesenian.
“Secara filosofi, dalam International Rain Festival ini saya ingin menumbuhkan generasi muda untuk berkesenian. Jadi saya memberi kesempatan bagi mereka. Selain itu juga untuk maestro-maestro agar saling bersilaturahmi dengan generasi muda, sehingga tahu ada anak muda yang perlu tempat untuk berkesenian. Diharapkan yang muda akan belajar kepada maestro,” kata Mugi ketika diwawancarai Eduwara.com, Sabtu (15/1/2022) malam, di kediamannya yang sekaligus menjadi ajang event Internatioanl Rain Festival.
Saat ini gelaran Internatioanl Rain Festival sudah menginjak tahun kedelapan. Mugi mengatakan untuk tahun ini para penampil di acara itu berasal dari Indonesia, Jepang, Thailand, Kamboja, dan Swedia. Kelimanya akan membawakan pertunjukan bertajuk Kolaborasi Asia yang ditampilkan secara online pada 22 Januari mendatang.
Eduwara.com berkesempatan melihat proses taping video dari perwakilan Indonesia, Sabtu (15/1/2022) malam di Mugi Dance Studio, Kartasura, Sukoharjo. Ada empat penampil yaitu Teater Enam Belas, Komunitas Nirboyo feat Guntur Mataram, Marvel Gracia, dan Kelompok Anggirigora.
Teater Enam Belas yang beranggotakan dua mahasiswa yang berasal dari Lombok Timur menampilkan tari kontemporer, sedangkan Nirboyo feat Guntur Mataram menampilkan Tari Kebyar. Kemudian Marvel Gracia membawakan tari ciptaannya berjudul Hujan dari Dimensi Lain, kelompok Anggiri Gora yang terdiri atas enam penari menampilkan tari berjudul Ayar Bumantara.
Setelah semua penampilan selesai, diadakan dialog yang dipandu oleh pembawa acara dan Manager Mugi Dance, Nuri Aryati. Dialog itu mengundang perwakilan dari masing-masing penampil untuk memberi informasi mengenai karya yang ditampilkan.
Teater Enam Belas membawakan tari kontemporer yang murni karya kedua mahasiswa. Kemudian Komunitas Nirboyo menampilkan tari karya Ida Manu Tranggana dari Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiarja. Sedangkan Marvel Gracia secara mandiri membuat karya tari sekaligus musik pengiringnya.
Sementara itu, Koreografer kelompok Anggiri Gora, Immanuel Ananda Ista menjelaskan karya Ayar Bumantara berarti air dari langit. Karya itu bercerita tentang penantian seorang petani ketika sumber yang menjadi jalan kehidupan mereka mati karena hujan yang tidak kunjung turun.
“Karya ini menjadi cambuk bagi manusia yang kurang mensyukuri hujan. Ketika banyak orang mengeluh karena hujan, ada segelintir orang yang berharap hujan turun. Hujan adalah salah satu elemen bumi yang menunjang kehidupan kita,” jelas dia ketika diwawancarai Eduwara.com seusai taping video.
Immanuel menambahkan acara itu ajang belajar dia dan teman-temannya kepada orang-orang yang lebih dulu berkecimpung di dunia kesenian tari. Dia berharap hal itu menjadi pemantik untuk tetap semangat berlatih dan mengembangkan diri di dunia tari. (K. Setia Widodo)
Bagikan