logo

Vokasi

Meningkat, Jumlah SMK Terapkan Teaching Factory

Meningkat, Jumlah SMK Terapkan Teaching Factory
Sejumlah siswa SMK Ki Ageng Pemanahan (KAP) Bantul terlihat merangkai bagian-bagian motor listrik di bengkel milik sekolah. Program motor listrik digagas Mei 2021 dan siswa-siswa SMK KAP disiapkan untuk mendukung industri hemat energi. (EDUWARA/Setyono)
Redaksi, Vokasi15 Januari, 2022 22:29 WIB

Eduwara.com, JAKARTA – Hasil survei penguatan Pendidikan vokasi yang dilakukan oleh lembaga survei Indikator Politik Indonesia menyebutkan pada akhir tahun 2021, jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang melaksanakan model pembelajaran teaching factory mengalami peningkatan menjadi 52 persen. Jumlah ini meningkat tujuh persen dibandingkan pada tahun 2020. 

Pembelajaran teaching factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.

Dikutip dari laman resmi Kemendikbudristek, Sabtu (15/1/2022), Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Wikan Sakarinto, mengatakan peningkatan tersebut menjadi semangat bagi para pengajar SMK dalam menerapkan program Merdeka Belajar – SMK Pusat Keunggulan (PK) dan Merdeka Belajar Vokasi. 

“Dari 2019 hingga 2021, terdapat tren peningkatan BMW (bekerja, melanjutkan studi, dan wirausaha) cukup baik. Penerapan teaching factory di SMK juga meningkat. Ini sangat baik karena teaching factory merupakan level yang spesial yang mendukung link and match,” kata Wikan dalam Silaturahmi Merdeka Belajar secara daring, pada Kamis (13/1). 

Selain itu, lanjut Wikan, jumlah praktisi industri yang mengajar di SMK sebanyak 50 jam per semester juga meningkat sebesar 20 hingga 40 persen.

Wikan menjelaskan, program SMK PK bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang terserap di dunia kerja atau menjadi wirausaha melalui keselarasan pendidikan vokasi yang mendalam dan menyeluruh dengan dunia kerja. Sekolah yang terpilih dalam program ini diharapkan menjadi rujukan serta melakukan pengimbasan untuk mendorong peningkatan kualitas dan kinerja SMK di sekitarnya.

Kepala SMKN 1 Batam, Lea Lindrawijaya Suroso, merasakan manfaat besar dari program SMK PK, terutama dalam pembentukan sumber daya manusia yang unggul. “Respons stakeholder kian kuat hingga menambah kelas industri. Alhasil, transfer industri ke guru maupun siswa berdampak pada mutu sekolah,” ujarnya. 

Lea pun yakin, dengan kurikulum SMK PK saat ini, para peserta didik akan merasa lebih bahagia dalam pembelajaran. “Dengan catatan, pola berpikir lama pengajar harus berubah dan menguatkan semua mata pelajaran,” tegasnya.

Direktur Riset Indikator Politik Indonesia, Adam Kamil, mengatakan, minat calon para peserta didik baru sangat tinggi terhadap SMK. Sementara itu, untuk peningkatan keterampilan, mayoritas para peserta didik telah merasakan peningkatan di SMK PK. 

“Respons DUDI (dunia usaha dan dunia industri) juga sangat positif terhadap program tersebut hingga menciptakan kerja sama baru. Keterserapan lulusan masuk DUDI juga mengalami peningkatan. Alhasil, dengan respons yang positif, penting untuk mempertahankan program tersebut,” tuturnya.

Read Next