logo

EduBocil

Orang Tua Perlu Tahu, Ini Dampak Konsumsi Minuman Berpemanis Dalam Kemasan

Orang Tua Perlu Tahu, Ini Dampak Konsumsi Minuman Berpemanis Dalam Kemasan
dr. Sandra Frans, MPH (kanan) dan moderator webinar, Lailatul Machfudhotin, S.ST (kiri) dalam Webinar Gizi Tercukupi, Aku Berprestasi, Selasa (25/1/2022), yang digelar Direktorat Pendidikan Dasar. (Eduwara.com/Dok. Istimewa Youtube Direktorat Pendidikan Dasar)
Redaksi, EduBocil26 Januari, 2022 05:34 WIB

Eduwara.com, JAKARTA–Memperingati Hari Gizi Nasional, Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbudristek menyelenggarakan Webinar bertajuk Gizi Tercukupi, Aku Berprestasi, Selasa (25/1/2022), melalui siaran langsung Youtube.

Menurut Direktur Sekolah Dasar, Sri Wahyuningsih, acara itu bertujuan mengajak semua elemen masyarakat untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.

“Pendidikan perilaku hidup sehat antara lain melalui literasi pemahaman asupan gizi seimbang sejak dini. Agar anak-anak kita memiliki wawasan mempersiapkan dirinya sehat, kuat, dan produktif sebagai pelajar,” jelas dia.

Mengenai dampak kesehatan mengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan, dijelaskan oleh dr. Sandra Frans, MPH dari Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK, UGM. Menurut dia, sugar sweetened beverages atau minuman berpemanis dalam kemasan adalah semua cairan yang diberi pemanis sejenis gula.

“Untuk advokasi kebijakan di Indonesia, yang dipakai adalah minuman berpemanis dalam kemasan. Karena minuman dalam kemasan tentunya susah untuk mengatur kadar gulanya. Dalam advokasi kebijakan, kami mendorong pemerintah untuk mengatur hal tersebut,” kata dia

Penyakit Tidak Menular

Lebih lanjut, Kementrian Kesehatan menganjurkan mengonsumsi gula yaitu satu hari maksimal empat sendok makan atau setara 50 gram. Sedangkan untuk garam satu sendok makan, dan lemak maksimal lima sendok makan.

Pengonsumsian minuman bergula bisa mengakibatkan penyakit tidak menular. Penyakit yang ditimbulkan yaitu kerusakan gigi, memicu obesitas, memicu penyakit metabolik, penyakit jantung, diabetes, dan asam urat. Kemudian, di dalam minuman bergula dalam kemasan mengandung gula rafinasi.

“Gula rafinasi adalah gula yang sudah mengalami proses pengolahan dan pemurnian dari gula kristal. Gula ini dalam metabolisme tubuh akan memicu pembentukan trigliserida yang berlebihan. Jika berlebih akan memicu penebalan dinding pembuluh darah. Jika terjadi di otak akan memicu stroke, begitupun jika di jantung. Selain itu juga bisa memicu diabetes melitus tipe 2,” jelas dia.

Menurut Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) tahun 2014, rata-rata konsumsi minuman bergula di Indonesia per hari yaitu 19,8 persen. Adapun khusus kelompok umur sekolah dasar mencapai 49,6 persen. Kemudian menurut Riset Kesehatan Dasar 2017-2018, satu di antara tiga orang di Indonesia mengalami obesitas. Sedangkan obesitas pada anak paling tinggi terjadi pada usia 5-12 tahun.

“Obesitas termasuk penyakit tidak menular. Di Indonesia, delapan dari sepuluh penyebab kematian tertinggi didominasi penyakit tidak menular. Kalau kita lihat sepuluh tahun lalu, mungkin sudah bisa mengurangi kecelakaan lalu lintas dan penyakit menular. Namun, saat ini yang menjadi PR kita bersama adalah penyakit tidak menular,” tambah dia. (K. Setia Widodo)

Editor: Riyanta

Read Next