Mahasiswa KKN UGM Berdayakan Perempuan Pulau Sabu

02 Januari, 2022 10:28 WIB

Penulis:Redaksi

Editor:Ida Gautama

02012021-UGM KKN Pulau Sabu.jpg
Pulau Sabu di Kabupaten Sabu Raijua terletak di selatan Provinsi NTT dan di seberang benua Australia. Pulau ini termasuk daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) di Indonesia. Menurut Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, wilayah Kabupaten Sabu Raijua adalah yang paling kering di Provinsi NTT. (EDUWARA/Humas UGM)

Eduwara.com, SABU RAIJUA – Sebanyak 24 mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta melaksanakan Kuliah Kerja Nyata - Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) di Pulau Sabu, Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pulau yang berada di selatan NTT dan di seberang benua Australia ini termasuk daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) di Indonesia.

Penerjunan mahasiswa KKN-PPM ini mendapat apresiasi dari Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat. Bukan semata karena para mahasiswa harus menempuh perjalanan dengan kapal laut selama 10-12 jam dari pelabuhan Kota Kupang, namun karena wilayah Kabupaten Sabu Raijua adalah yang paling kering di Provinsi NTT.

"Gubernur NTT menyampaikan hal tersebut saat menerima audiensi mahasiswa KKN-PPM di Kupang pada 20 Desember lalu,” kata Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN-PPM UGM Widya Nayati, dalam perbincangan via telepon, Jumat (31/12/2021), seperti dikutip dalam laman UGM.

Widya menjelaskan, meski kering dan tandus, Gubernur menyampaikan bahwa kabupaten yang berada di selatan Indonesia itu memiliki potensi sumber daya yang belum banyak dikembangkan, misalnya tenun tradisional, rumput laut, tambak garam dan pariwisata. Potensi itu perlu didorong lewat pemberdayaan secara berkelanjutan. 

“Gubernur yakin dengan ilmu yang dibagikan oleh mahasiswa UGM ini bisa mengubah pola pikir warga untuk terus berkembang,” papar Widya.

Partisipasi Perempuan

Menurut Widya, sebagian besar pulau Sabu memang gersang dan tandus. Sepanjang tahun, pulau tersebut adalah yang paling sedikit mendapat pasokan air hujan. Tidak heran jika di pulau Sabu sering terjadi bencana badai siklon. 

“Bila ada bencana angin (badai siklon) daerahnya menjadi sangat terisolir. Badai sering terjadi di pulau ini. Sampai-sampai warga tidak berani keluar dari rumah. Kejadiannya bisa 2-3 jam sekali,” katanya.

Dijelaskan Widya, ke-24 mahasiswa UGM mulai diterjunkan di pulau Sabu sejak 23 Desember 2021. Karena ada informasi dari BMKG yang menyebutkan bahwa badai terjadi hingga 26 Desember 2021 maka para mahasiswa memilih berlindung dan tidak keluar rumah untuk sementara waktu. 

“Bila ada badai seperti ini, pulau menjadi terisolir. Pasokan bahan makanan dari luar menjadi tersendat sehingga masyarakat sangat bergantung dengan mie instan. Jika ada bencana, yang ada bantuan mie instan,” katanya.

Widya menambahkan, selama dua bulan ke depan para mahasiswa UGM akan melaksanakan program pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan partisipasi perempuan, yang umumnya dari keluarga nelayan dan petani. 

Pemberdayaan para perempuan dilakukan dengan menitikberatkan pada peningkatan sumber daya manusia, yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan, baik dalam pengembangan ekonomi dan kesehatan maupun pengetahuan lain. 

“Kita ingin meningkatkan keterampilan perempuan, termasuk dalam meningkatkan kesehatan keluarganya supaya mereka mampu mengolah bahan makanan sehat dan bergizi dari sumber daya alam yang ada di sekitar,” katanya.

Beberapa bentuk kegiatan yang akan dilakukan adalah pengolahan makanan dari rumput laut, pengolahan ikan dan daun kelor. “Kita akan mengajari mereka berbagai macam makanan yang sehat, mudah dipakai dan dikonsumsi oleh ibu dan anak-anak, dengan bahan dasar yang ada di sini,” katanya.

Berbagai upaya pemberdayaan perempuan ini, lanjut Widya, tidak diarahkan menjadi produk usaha namun lebih kepada peningkatan kesehatan dan kualitas sumber daya manusia melalui pemenuhan gizi yang cukup agar tidak terjadi stunting. Namun, apabila ada perempuan yang tertarik untuk berwirausaha maka para mahasiswa akan mengenalkan dan memberikan keterampilan berwirausaha. 

“Kalau mau menjual, kita sudah menyiapkan bagaimana cara mendesain produk dan pengemasannya, lalu memasarkan secara online dan melatih mengelola keuangan dan menabung,” katanya.