Idea
24 Oktober, 2022 14:20 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Bunga NurSY
Eduwara.com, SOLO – Memperingati Hari Museum Nasional Tahun 2022, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Solo menggelar Workshop dan Art Performing Tari Tradisi di Museum Radya Pustaka, Minggu (23/10/2022). Selain itu, juga dilaksanakan Belajar Bersama Tempa Keris dan Festival Kuliner Nusantara di Museum Keris Nusantara, Solo.
Peringatan Hari Museum Nasional tahun ini mengusung tema Museum Sebagai Inspirasi Bangsa. Menurut Kepala UPT Museum Disbudpar Solo, Luthfi Khamid hal tersebut sejalan dengan salah satu fungsi museum yakni edukasi kepada masyarakat.
"Dari fungsi edukasi ini sebenarnya sangat luas sekali. Banyak hal yang dapat kita dapatkan ketika mengunjungi museum, dan yang paling penting adalah mendapatkan inspirasi," terang dia kepada Eduwara.com, Minggu (23/10/2022) di sela-sela acara.
Luthfi menyontohkan di Museum Radya Pustaka terdapat catatan-catatan yang terekam di dalam manuskrip mengenai wabah. Hal itu menjadi inspirasi sekaligus cerminan ketika pandemi Covid-19 masih tinggi.
Kemudian, juga ada pengetahuan obat-obatan atau jampi yang sebenarnya menjadi inspirasi bagi pengunjung maupun seluruh masyarakat Indonesia. "Bahkan salah satu produk kosmetik mendapatkan inspirasi mengenai perawatan herbal dan kecantikan juga dari museum," tandas dia.
Luthfi menambahkan, tak hanya berasal dari manuskrip-manuskrip, inspirasi juga bisa datang dari pamor keris. Menurut dia, pamor keris sangat potensial untuk mengembangkan sektor batik.
Hal tersebut disebabkan, dari hasil tempa, lipat, metalurgi, hingga menghasilkan pamor-pamor yang beragam dan indah bisa menjadi inspirasi dalam membuat desain motif batik.
"Sebenarnya banyak inspirasi yang didapat. Misalnya lagi, karya-karya Ranggawarsita yang mana sejak jaman dulu sudah meramalkan akan terjadi jaman edan, kan masih relevan hingga sekarang. Dari inspirasi ini, kami harapkan bisa dikembangkan," jelas dia.
Menurut Luthfi, Hari Museum Nasional bisa diperingati dengan bebas, maksudnya tidak terpaku dengan kegiatan-kegiatan yang sama di tahun sebelumnya. Oleh karena itu, pihaknya membuat acara yang tak hanya seremonial, sehingga tidak monoton dan yang paling penting ialah tetap mengedukasi masyarakat.
Luthfi mengaku senang karena pandangan masyarakat yang pada awalnya menganggap museum hanya sebagai tempat menyimpan benda-benda tak terpakai mulai menghargai dan mengunjungi museum.
"Bahkan jumlah kunjungan meningkat semenjak kembali dibukanya museum setelah tutup akibat pandemi Covid-19, terutama bagi anak-anak sekolah dan mahasiswa. Bulan kemarin, di Museum Radya Pustaka sudah di angka 3.000an, sedangkan Museum Keris 1.000an. Jadi trennya naik," beber dia.
Lebih lanjut, pantauan Eduwara.com, Workshop dan Art Performing Tari Tradisi di Museum Radya Pustaka diikuti oleh beberapa elemen masyarakat, baik siswa, seniman, mahasiswa, guru, dan masyarakat umum. Dalam workshop tersebut mengundang dua narasumber yakni Dhestian Wahyu Setiaji dan Pradana Pandu Kumara.
Salah seorang peserta workshop, Putri Aziza Aqiladeswari mengatakan workshop tersebut bermanfaat dan seru. "Karena di situ belajar lebih dalam mengenai tari dan kita juga belajar gerakan tari secara bersama-sama," ujar dia yang juga siswi kelas XI SMAN 6 Solo itu.
Terkait dengan tema Hari Museum Nasional, menurut dia museum sebagai inspirasi benar adanya. Hal itu dikarenakan museum memiliki peran penting dalam proses pembelajaran sejarah dan sebagai sumber belajar.
Menurut dia, kehadiran museum mampu mengubah proses pendidikan sejarah dari suatu proses kajian terhadap barang jadi yakni berupa cerita sejarah kepada proses yang berhubungan dengan barang dasar atau sumber. Oleh karena itu, dia berharap bagi generasi muda tetap bisa mempelajari warisan-warisan budaya leluhur sekaligus menjaga kelestariannya.
"Prinsip dan cara hidup nenek moyang sangat patuh untuk dicontoh generasi muda, sehingga budaya tetap bisa dilestarikan sebagai bentuk penghargaan terhadap para nenek moyang," harap dia. (K. Setia Widodo)
Bagikan